Seoul, Kompas – Dalam komunike G-20, para pemimpin sepakat bekerja sama mencegah volatilitas pasar dan bersedia menyeimbangkan ekonomi gobal yang memang timpang, ditandai dengan defisit besar anggaran Pemerintah Amerika Serikat, sumber gejolak pasar.
Akan tetapi, dalam pernyataan tersendiri, para pemimpin jauh dari kesan harmonis. AS menyerang yuan dan menyebutnya sebagai pembuat masalah.
Pertemuan puncak negara-negara anggota G-20 hari Kamis (11/11) ditutup Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak dengan kesimpulan bahwa para anggota G-20 setuju bekerja sama membahas segala persoalan. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Simon Saragih, semalam.
Tak lama kemudian Presiden AS Barack Obama melakukan jumpa pers tersendiri di tempat yang sama dengan menyebut satu per satu wartawan AS yang hadir dan wartawan non-AS hanya mendengar. ”Yuan itu menyebabkan iritasi, bukan saja bagi AS melainkan juga mitra dagang China yang lain,” kata Obama menjawab pertanyaan wartawan AS, yang menanyakan bagaimana perasaannya soal perilaku China terkait yuan.
”China yang kuat kita terima karena berguna bagi kemakmuran dunia dan juga AS. Namun, China juga harus menunjukkan tanggung jawab internasional dengan membuat kurs yuan merupakan refleksi keadaan pasar sebenarnya,” ujar Obama.
China selama bertahun-tahun membeli dollar AS dan melakukan intervensi di pasar untuk menekan kurs yuan. Tidak seharusnya China terus menggenjot ekspor dengan melemahkan kurs yuan dan saatnya meningkatkan permintaan domestik agar berguna bagi perekonomian negara lain,” kata Obama.
AS selalu mengkritik China dengan tuduhan bahwa China menumpuk surplus berupa cadangan devisa lebih dari 2,5 triliun dollar AS. Hal ini, menurut Obama, juga didorong dengan pelemahan kurs, yang membuat produk ekspor China menjadi jauh lebih murah dari seharusnya.
China menjawab
Kantor berita Xinhua pada hari yang sama juga memberitakan isi pidato Presiden China Hu Jintao, yang ditujukan khusus kepada G-20. Hu meminta AS untuk mengambil tindakan yang bertanggung jawab. ”Negara-negara maju harus mengambil tindakan bertanggung jawab dan mempertahankan kestabilan kurs,” kata Presiden Hu.
”Komunitas dunia harus memperbaiki sebuah kerangka untuk pertumbuhan yang kuat, berkesinambungan, dan berimbang serta meningkatkan kerja sama pembangunan … mengutamakan perdagangan yang terbuka,” tutur Hu.
Bagi China, ketidakseimbangan yang dialami AS, berupa defisit anggaran dan perdagangan yang besar, lebih karena kebijakan ekonomi makro AS yang lebih mengandalkan utang ketimbang mengandalkan tabungan domestik dan penerimaan pajak.
Source: Kompas.com