Home > Education > Deteksi Kecurangan di Kampus Lemah

Deteksi Kecurangan di Kampus Lemah

Jakarta, Kompas – Perguruan tinggi di Indonesia umumnya belum memiliki sistem pendeteksi kecurangan yang baik. Akibatnya, kecurangan akademik, terutama plagiarisme karya ilmiah, baru terungkap dan ditindak jika ada pengaduan dari pihak yang dirugikan.

”Untuk membuat komitmen antimencontek dan plagiat di kampus efektif dan menjadi nyata perlu terus dibangun infrastruktur dan tradisi yang mendukung implementasinya. Jika tidak, deklarasi cuma slogan tidak berguna,” kata Eko Purwono, pengajar Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dihubungi dari Jakarta, akhir pekan lalu.

Tahun lalu, Eko bersama Hanson E Kusuma membuat survei bertajuk ”Pengalaman dan Persepsi Mahasiswa ITB tentang Tindakan Kecurangan Akademis” yang dipublikasikan di jurnal internal ITB. Hasilnya, kecurangan dalam pendidikan cukup tinggi, yang terjadi sejak di bangku SD.

Temuan itu mendasari pemahaman betapa mencontek dan plagiat masih kuat dalam dunia pendidikan, termasuk dilakukan guru besar. Hasil penelitian yang dilakukan Komisi Pembelajaran ITB terhadap 8.182 mahasiswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2009/2010, sebanyak 58 persen mengaku berbuat curang di SD. Sebanyak 78 persen di SMP dan 80 persen di SMA.

Saat mahasiswa, kecurangan diakui menurun menjadi 37 persen. ”Bisa jadi karena cukup banyak dosen peduli pada integritas. Mahasiswa mengatakan dosen yang tegas dan terus mengingatkan soal integritas membuat mereka mengurangi perilaku mencontek,” ujar Eko.

Menurut Koordinator Kopertis Wilayah V Bambang Supriyadi, membangun budaya akademik kampus yang menjunjung kejujuran tak bisa instan. Perlu sosialisasi terus-menerus dan ada sistem mendeteksi kecurangan akademik.

Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, mengatakan, setiap kampus perlu membuat aturan jelas dan sistem pendeteksi kecurangan. ”Lebih baik bila dikembangkan database digital karya-karya ilmiah dari tiap kampus dan institusi. Untuk memudahkan pengecekan orisinalitas karya ilmiah,” katanya. (ELN)

Source : Kompas.com

Posted with WordPress for BlackBerry.

You may also like
Sanksi Terberat bagi Plagiator
Mencari Desain Riset Perguruan Tinggi
Hanya Dua, Jurnal Ilmiah Berakreditasi A
150.000 Dosen Belum Optimal Meneliti

Leave a Reply