JAKARTA–MI: Diterapkannya anggota legislatif terpilih dari yang mendapatkan suara terbanyak membuat kualitas anggota DPR turun. Masyarakat akan cenderung memilih mereka yang populer jika dibandingkan perhitungan kualitas.
Hal itu terungkap dalam diskusi bertajuk Pemilu 2009: Nomor Urut atau Suara Terbanyak di Gedung DPD Komplek Parlemen Senayan Jakarta, Jumat (15/8).
Hadir dalam diskusi itu Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu Partai Golkar Rully Chaerul Azwar, pengamat partai politik dari Universitas Gadjah Mada Kuskrido Ambardi, dan anggota DPD dari Bengkulu Muspani.
Menurut Kuskrido, tokoh lokal yang menjadi calon legislatif sangat mungkin mendapatkan suara terbanyak walaupun belum pernah mendapatkan pendidikan politik. “Itu terjadi karena masyarakat saat ini masih primordial dan memilih berdasarkan kedekatan,” katanya.
Laki-laki yang akrab dengan sapaan Dodi itu menambahkan, akibat peluang tokoh lokal yang dikenal masyarakat cenderung mendapatkan suara terbanyak, kader yang sudah mendapatkan pendidikan politik dan memiliki kualitas teruji bisa tersingkir dengan mudah.
“Konsekuensi negatif dari suara terbanyak itu adalah kualitas anggota DPR yang bisa menurun karena masyarakat lebih mempertimbangkan ketokohannya,” ujar Dodi.
Tetapi, lanjutnya, penerapan suara terbanyak untuk menjadi caleg terpilih oleh partai politik merupakan cara efektif untuk meningkatkan pamor partai politik. Dengan suara terbanyak, aspirasi masyarakat sudah pasti mengarah pada tokoh yang mereka kenal.
“Ada pengorbanan yang harus diambil ,yaitu aspirasi itu belum tentu tersuarakan karena kontrol partai terhadap anggota DPR tetap besar,” katanya.
Sementara itu, Rully Chaerul Azwar menyatakan partai politik yang menentukan caleg terpilih dengan suara terbanyak tidak melanggar Undang-Undang (UU) Pemilu.
“Ada penyiasatan. Caleg nomor satu sudah menandatangi surat perjanjian bermaterai dan di hadapan notaris. Kalau mereka tidak dapat suara terbanyak, akan mundur dan kursinya diberikan kepada caleg yang mendapat suara terbanyak,” jelasnya.
Untuk mengatasi kader-kader berpotensi dari minimnya suara, kata Rully, partai politik kini harus bekerja keras agar kader-kader berkualitas sering menemui konstituen di daerah pemilihan.
“Ini untuk mengurangi pemilihan yang primordial. Kita berusaha agar mereka yang terpilih bukan karena popularitasnya. Tapi lebih pada kemampuannya, baru kemudian popularitasnya,” tegas Rully. (Far/OL-01)
Source : Media Indonesia