Home > Education > Political Marketing > Dave Menikmati, Halida Cinta Warung, dan Baliho Ibas Hilang

Dave Menikmati, Halida Cinta Warung, dan Baliho Ibas Hilang

Menyandang nama terkenal keluarga bagi calon anggota legislatif memang membawa berkah. Itu juga yang dialami Edhie Baskoro Yudhoyono, putra bungsu Susilo Bambang Yudhoyono, atau dikenal dengan nama Ibas, yang menjadi caleg DPR Partai Demokrat di Daerah Pemilihan Jawa Timur VII. Nama Yudhoyono di belakang namanya memudahkannya memperkenalkan diri.

Caleg lain yang punya modal serupa adalah Halida Hatta, putri proklamator RI, Mohammad Hatta atau Bung Hatta. Halida Hatta (53) adalah caleg nomor 1 dari Daerah Pemilihan DKI II Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Luar Negeri. Di dalam Partai Gerakan Indonesia Raya, ia adalah Wakil Ketua Umum III Bidang Kesejahteraan Sosial.

Kemudian ada Dave Laksono, putra Ketua DPR Agung Laksono, yang juga ikut bertarung sebagai caleg dari Daerah Pemilihan II Jawa Barat.

Ketiga caleg penyandang nama terkenal ini punya warna sendiri-sendiri. Ibas tidak mudah didekati wartawan untuk sebuah wawancara panjang. Dave mengatakan tidak merasa kehilangan manakala dia tidak terpilih sebagai anggota DPR. ”Ya, dibawa enjoy aja. Toh, masih ada kesibukan lain yang bisa saya kerjakan,” tuturnya ketika ditanya apabila ia tidak lolos dalam Pemilu Legislatif 2009.

Halida Hatta mengaku sebelum ini tidak begitu akrab dengan dunia politik praktis. Ia lebih suka bicara soal visi ke depan yang berasal dari pengalaman pribadinya sejak kecil ketika tinggal di Jalan Diponegoro 57, Jakarta Pusat. Rumahnya dekat pasar tradisional di Cikini. Bila lolos menjadi anggota DPR, ia ingin memperjuangkan keberadaan dan perkembangan pasar tradisional serta warung-warung kecil. Maka, selama kampanye ia berkunjung dan berusaha membantu para pemilik warung dan ibu-ibu yang berjualan di pasar tradisional.

Tentang Ibas

Aditya Djanaka, teman sekolah Ibas, bercerita tentang putra bungsu Presiden selama masa kampanye ini.

Karena nama besar Yudhoyono, beberapa baliho dan poster Ibas hilang. ”Sebagian termakan angin dan hujan, tapi beberapa lainnya dibawa simpatisan pulang ke rumahnya. Umumnya ditempel di dekat rumah mereka,” ujar Aditya Djanaka, juru bicara Laskar Berlian, di Jakarta, Sabtu (21/3).

Laskar Berlian adalah satu dari tiga tim yang menangani pencalonan Ibas. Dua tim lain adalah Charta Politika dan Bravo Media Center (BMC). BMC adalah bagian dari Fox Indonesia yang menangani Partai Demokrat dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Berbeda dengan Charta Politika dan BMC, Laskar Berlian (nama diambil dari logo Demokrat) dibentuk oleh teman-teman Ibas dan Agus Harimurti Yudhoyono saat masih kecil, sekolah, dan kuliah. Aditya adalah teman sekolah Agus.

”Karena teman yang ingin temannya menjadi caleg, kerja kami sukarela. Kami nyumbang saja dan tidak dibayar,” ujar Aditya yang menggarap Ibas di sela-sela kerjanya.

Karena sukarela, sumbangannya pun sesuai dengan yang dipunyai atau keahlian yang dimiliki teman-teman Ibas, seperti di bidang periklanan. Pelibatan teman-teman masa kecil, sekolah, dan kuliah juga lebih nyaman bagi Ibas.

Produk budaya bangsa

Sementara itu, menurut staf public relations untuk kampanye Gerindra, Ida Sudoyo, di dalam partai ini selain Prabowo Subianto, Fadli Zon, Permadi, dan sederet nama lain, Halida dianggap sebagai figur pemikat para calon pemilih dalam Pemilu Legislatif 2009.

Di sebuah rumah di Kemandoran, Palmerah Selatan, Jakarta, Rabu lalu, Halida berbicara panjang lebar tentang budaya pasar tradisional dan warung- warung kecil.

”Boleh saja ada mal atau supermarket, tetapi pasar tradisional juga harus tetap ada. Di Tokyo, Seoul, New York, Amsterdam, dan kota-kota besar negara maju juga banyak yang mempertahankan pasar tradisional. Bukan hanya untuk perdagangan rakyat kecil, tetapi juga menjadi daya tarik turis dan membangun martabat bangsa besar. Pasar tradisional adalah hasil dari budaya bangsa,” ujar Halida.

Dave dan nama ayah

Dave bicara banyak soal hubungannya dengan nama besar ayahnya. ”Terus terang, nama bokap (ayah) memang ikut mengangkat popularitas saya. Akan tetapi, bukan berarti saya tidak bekerja keras. Saya juga tetap harus bisa menunjukkan performa sebagai calon seorang pemimpin,” ujarnya.

Dave sendiri mengaku harus berjuang untuk membiayai kampanye ke beberapa daerah di Kabupaten Bandung.

”Memang ada beberapa teman yang membantu mencarikan dana dan membuatkan berbagai atribut partai. Meski demikian, saya juga harus mengeluarkan uang dari kantong sendiri. Saya kan juga kerja, jadi gak semuanya dibiayai sama bokap,” kata Dave.

Dave tidak bersedia menyebut jumlah dana yang dia siapkan untuk kampanye. ”Ya, pokoknya cukuplah untuk caleg muda seperti saya,” lanjutnya.

Soal peluangnya terpilih menjadi anggota legislatif, Dave mengaku optimistis. Dibantu beberapa teman, Dave merekrut beberapa aktivis sebagai tim sukses. Melalui jaringan para aktivis itu pula Dave berkampanye dengan cara mendatangi konstituen.

”Cara ini menurut saya lebih pas daripada berkoar di atas panggung. Dengan tatap muka, mereka akan lebih mengenal,” ujarnya.

Soal visi dan misinya menjadi anggota legislatif, Dave hanya mengatakan ingin memberikan kehidupan yang lebih baik untuk rakyat. ”Caranya? Ya, banyaklah. Pokoknya, nasib mereka akan kami perjuangkan,” katanya.
J Osdar, Wisnu Nugroho, dan Gatot Widakdo

Source : kompas Online

You may also like
Politik Survei Giring Opini Pilpres Satu Putaran
Waspadai Serangan Fajar Pilpres 2009
Temui Warga Tionghoa, SBY Minta Hilangkan Politik Diskriminasi
Ramai ‘Cari Simpati’ Lewat Isu Populis

Leave a Reply