Jakarta, Kompas – Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, proses demokrasi yang dijalani Indonesia dan Malaysia sama-sama belum matang. Kedua negara ini masih menerapkan demokrasi yang langsung diadopsi dari Barat.
”Padahal, pelaksanaan demokrasi ini bisa disesuaikan dengan budaya lokal masyarakatnya,” kata Mahathir, Kamis (8/11), saat memberikan kuliah umum di Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta.Kuliah umum dalam rangka ulang tahun ke-27 UMB tersebut dihadiri sejumlah mantan menteri, pengusaha, dosen, dan mahasiswa.
Mahathir mencontohkan Jepang yang berhasil menjadi negara maju dengan tetap berpegang teguh pada budayanya sendiri. ”Jepang menerapkan demokrasi tetapi tidak meninggalkan akar budayanya,” kata Mahathir.
Masyarakat Jepang tetap mempertahankan akar budayanya seperti bekerja keras, disiplin, dan memiliki rasa malu yang kuat. ”Orang Jepang malu jika hasil kerjanya tidak bagus atau dituduh korupsi. Sikap kesatria sangat dijunjung tinggi masyarakat Jepang,” kata Mahathir.
Kunci stabilitas
Pada bagian lain Mahathir mengatakan, demokrasi tanpa melanggar hak orang lain menjadi kunci stabilitas negara. Di sisi lain, stabilitas negara saling berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.
”Jika negara stabil, perekonomian akan berjalan baik sehingga menyejahterakan masyarakatnya. Sebaliknya rakyat yang sejahtera akan memperkuat stabilitas suatu negara,” kata Mahathir.
Atmadji Soemarkidjo, dosen Fakultas Ilmu Komunikasi UMB yang juga pengamat politik Asia Pasifik, mengatakan, Mahathir mampu membawa Malaysia dari negara yang biasa-biasa saja menjadi negara yang diperhitungkan di dunia internasional karena kemajuan ekonomi politiknya. Tahun 1981, Mahathir menerapkan program pemberdayaan bumi putera melalui New Economic Program tanpa bersikap diskriminatif terhadap kelompok lain. (IND)
Source : Kompas.com
Posted with WordPress for BlackBerry.