JAKARTA–MICOM: Tidak ada yang istimewa di kediaman Yusuf Supendi. Rumah tiga lantai seluas 225 meter persegi yang berada di sudut gang Saorma, Jl Lapan V, Pasar Rebo Jakarta Timur berdiri berjejer dengan rumah penduduk yang sempit.
Tidak ada halaman luas, parkiran mobil mewah atau sarana istimewah lainnya, hanya hamparan pot bunga yang menutupi pagar tembok kusam rumahnya.
Rumah yang biasa. Tentu mengherankan, karena Yusuf Supendi dikenal sebagai pendiri Partai Keadilan (PK) yang menjadi cikal bakal Partai Kesejahteraan Keadilan (PKS) dan pernah menjabat sebagai anggota DPR dari dapil Bogor periode 2004-2009.
“Dari dulu rumahnya begini saja. Tidak pernah berubah. Dia tidak punya rumah lain,” ujar adik Kandung Yusuf Supendi, Bahrum Rangkuti, Kamis (24/3).
Bahkan dedengkot PKS yang pernah jadi anggota Majelis Syuro tersebut, saat ini hanya mempunyai sebuah mobil pikap dan sebuah usaha bengkel AC. Pernah Yusuf memiliki mobil Toyota Innova yang dibeli dengan kredit, namun mobil ii sudah dijual. “Bahkan mobil pikap ini rencananya akan dijual untuk membiayai kuliah anaknya,” ujar Rangkuti.
Yusuf Supendi memang jarang mengungkapkan perasaan kalau dirinya kecewa dengan elite-elite PKS. Dirinya hanya melaporkan elite PKS yang menuduh dirinya berselingkuh sampai istri orang bercerai dengan suaminya. Juga melaporkan penggelapan dana pemilu oleh elite PKS.
Raut kekecewaan terhadap PKS rupanya terbesit makin jelas tatkala ia menceritakan istrinya yang telah lima tahun menderita stroke. Yusuf menceritakan, istrinya sakit, karena kecewa pada PKS. Mereka telah dibohongi oleh elite-elite PKS.
Ada yang mengatakan, Mahfud Siddiq hendak membantu biaya penyembuhan istrinya. ”Saya jawab, bahwa istri saya sakit, karena kecewa dengan PKS,” tegasnya.
Raut kekecewaan pun belum lenyap dari wajahnya, saat ia mengisahkan bahwa beberapa elite PKS yang duduk di jajaran DPP PKS betahun-tahun menjadikan rumahnya sebagi tempat aktivitas dakwah. “Pada 1991, 1992, dan 1993 secara rutin dilakukan rapat dakwah di rumah saya. Karena pada waktu itu, di kalangan aktivis, yang punya rumah cuma saya,” terangnya.
Pada tahun-tahun tersebut, kurang lebih 96% aktivis dakwah PKS tinggal di rumah kontrakan. “Termasuk Hilmi Aminuddin. Ia dulu ngontrak di Jl Kalimalang. Tapi sekarang Hilmi kaya drastis. Dari mana? Itulah yang saya katakan, ia gesit terima setoran,” ungkapnya.
Yusuf mengatakan, PKS tidak lagi bergerak dalam koridor ideologinya. Untuk itulah Yusuf tergerak untuk mewartakan ke seluruh publik Indonesia bahwa PKS harus kembalih ke fitrahnya. Pada Kamis (17/3)dengan mengendarai pikap, Yusuf menuju Badan Kehormatan (BK) DPR RI.
Yusuf mengadukan Preiden PKS, Luthfi Hasan Isaaq ke BK, karena sebagai elite PKS tidak memperlihatkan akhlak yang baik. Sejumlah SMS fitnah dan ancaman dari Luthfi diperlihatkan Yusuf. Salah satu bunyi SMS yang dikirim Luthfi per tanggal 23 Juni 2010:
“Selama ini ikhwan yang marah pada antum dan ingin merespon secara fisik dan hukum selalu kami tahan, ihtiroman li fadllikum alaina, sekarang sulit menahannya karena antum sudah melangkah terlalu jauh, kalo boleh ana kasih saran, baiknya antum mulai mengosongkan rumah, khawatir ada yang tidak dapat menahan diri.”
Tidak hanya Lutfi yang diincar Yusuf, Sekjen PKS Anis Matta pada Senin (21/3) dilaporkan ke KPK, karena diduga menggelapkan dana pemilu kada DKI Jakarta tahun 2007. Yusuf menjelaskan, dokumen yang ia bawa ke KPK terkait dugaan penggelapan dana Rp10 miliar oleh Anis, saat Anis menjadi koordinator kampanye Adang Darodjatun di Pemilihan Gubernur DKI 2007.
“Saya akan bawa alat bukti permulaan skandal tersebut, dan menyerahkan nama-nama saksi terkait penggelapan dana Rp10 miliar,” ujarnya.
Aksi Yusuf tidak berhenti di situ. Pada Kamis (25/3) Yusuf didampingi sejumlah pengacara bergegas menuju Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Tujuannya, agar dirinya mendapat perlindungan setelah bertubi-tubi Luthfi mengirimkan SMS berisi ancaman.
Rencananya, Yusuf akan terus melaporkan elite PKS hingga ke Badan intelijen Negara (BIN). Alasan Yusuf menemui BIN karena dalam SMS kiriman Luthfi tanggal 5 Juli 2010 terdapat sejumlah tuduhan bahwa Yusuf berkolaborasi dengan BIN.
Yusuf secara gamblang menjelaskan bahwa target dari pelaporannya adalah tiga ‘anak nakal’ PKS yaitu, Ketua Dewan Syuro PKS Hilmi Aminudin, Presiden PKS Luthfi Hasan Isaaq dan Sekjen PKS Anis Mata, diberhentikan dari keanggotaan partai. “PKS kembali menjadi partai yang bersih bila ketiga orang ini diadili dan dikeluarkan dari PKS,” tegasnya. (OL-12)
Source : Media Indonesia
Posted with WordPress for BlackBerry.