INILAH.COM, Jakarta – Meski pemilu legislatif semakin dekat, peta koalisi partai politik masih belum jelas benar. Kalaupun ada, barulah dua kutub yang tengah dirancang untuk saling berhadap-hadapan, yaitu Golden Triangle dan Golden Bridge. Siapa yang bakal meraih peluang?
Segitiga emas (Golden Triangle), demikian penamaan atas rangkaian pertemuan politik yang digelar antara PDIP, Partai Golkar, dan PPP. ADalah Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali yang pertama kali menyebutkan istilah itu. Seperti bola, wacana koalisi segitigia emas itu pun terus menggelinding.
Sejatinya pertemuan politik itu hanyalah menyepakati lima poin. Namun point penting di antara lima poin itu adalah komitmen untuk membangun pemerintahan yang efektif, memperkuat sistem presidensial, serta mengawal Pemilu 2009 yang jujur, adil, dan bermartabat.
Sementara di pihak lainnya, muncul pula wacana Golden Bridge yang digagas oleh petinggi Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. Seperti menandingi gerakan silaturahim politik kalangan PDIP, Partai Demokrat tak mau kalah juga menyambangi partai politik lainnya, yaitu PKS, PKB, dan PBB. Bahkan Senin (23/3) malam Partai Demokrat akan menyambangi PKP pimpinan Meutia Hatta.
Meski tak ada kesepakatan politik, partai politik yang telah disambangi Partai Demokrat menunjukkan sinyal positif untuk mendukung SBY dan Partai Demokrat dalam pemilu presiden mendatang. Pernyataan petinggi PKB, PKS, dan PBB jelas menyiratkan dukungan itu.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP Tjahjo Kumolo menyebutkan, kesepakatan yang telah dilakukan oleh tiga partai tersebut bukanlah blok politik, namun hanyalah pijakan koalisi pasca pemilu legislatif.
“Lima kesepakatan itu seperti landasan. Kalau suatu saat kami sepakat untuk koalisi, tinggal landing,” urai Tjahjo Senin (23/3) di gedung DPR RI Jakarta.
Tjahjo menampik anggapan bahwa pertemuan dan kesepakatan PDIP dengan partai politik lainnya adalah upaya membangun blok politik. Ia mengkritik istilah Golden Bridge dari kalangan Partai Demokrat yang seolah-olah menandingi ‘segitiga emas’.
“Jadi kalau kesepakatan itu dijawab dengan membangun blok yang lain, itu salah. Ini kan membangun komunikasi politik. Tidak untuk bikin blok-blokan. Koalisinya kan nanti, setelah pileg 9 April,” terang Tjahjo.
Apalagi, sambung Tjahjo, kesepakatan lima poin sama sekali tidak menyinggung untuk melawan tokoh atau capres tertentu. Menurut dia, untuk koalisi, semuanya tergantung pasca pemilu legislatif. “Dalam kesepakatan tidak disepakati untuk melawan si A atau si B,” tegasnya.
Di Golden Triangle ini tidak hanya tiga partai saja. Menurut Tjahjo, Partai Gerindra juga bakal bergabung untuk menyepakati lima poin itu.
Kendati demikian, bagi Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon, jika pun Gerindra turut serta dalam kesepakatan lima poin dengan PDIP, PPP, dan Partai Golkar, semuanya masih di tataran wacana. “Konkretnya nanti pasca pemilu legislatif, 9 April,” tegasnya kepada INILAH.COM, Senin (23/3).
Lebih lanjut Fadli menegaskan, formasi berbentuk koalisi seperti Golden Triangle belum dapat dirumuskan. Yang bisa diidentifikasi, sambung alumni IPB ini, mana partai yang menginginkan perubahan dan mana yang setuju status quo. “Saya kira belum jelas apakah mereka menginginkan perubahan atau pro status quo,” jelasnya.
Setidaknya ragam pertemuan politik antarpartai politik itu telah memberi petunjuk arah koalisi. Koalisi yang dipelopori Partai Demokrat tampaknya mengarah ke partai politik yang kini terlibat di pemerintahan SBY, seperti PKS, PKB, PAN, PBB, dan PKP.
Sementara sinyal koalisi yang dipelopori PDIP menggandeng partai politik kontra incumbent. Seperti PPP, Partai Golkar, Partai Gerindra, dan Partai Hanura. Isu Daftar Pemilih Tetap (DPT) fiktif tampaknya cukup ampuh menyatukan partai-partai kontra SBY. Meski dalam blok ini, Partai Golkar cukup hati-hati menyikapi setiap isu.
Siapa pun pemenang pertarungan ini, blok politik seperti Golden Triangle maupun Golden Bridge akan jauh lebih efektif jika diejawantahkan dalam pemerintahan 2009-2014. Satu pihak memerintah, di pihak lainnya mengontrol pemerintah. Di sinilah substansi demokrasi, bukan sebaliknya politik dagang sapi dan hanya sekadar bagi-bagi kekuasaan. [P1] R Ferdian Andi R
Source : inilah.com, 24 Maret 2009