JAKARTA–MI: Reform Institute memperkirakan golongan putih (golput) tetap tinggi sekitar 40% bahkan bisa memenangi Pemilu 2009. Perkiraan itu mendasar polling nasional yang dilakukan lembaga tersebut selama dua putaran yakni Februari-Maret dan Juni-Juli 2008 .
Seandainya Pemilu dilaksanakan Juni-Juli, jumlah golput Pemilihan Presiden mencapai 28,8%, terjadi peningkatan dari 19,9% pada polling Februari-Maret. Golput pemilu legislatif jika dilaksanakan Juni-Juli sekitar 7,12% juga meningkat dari polling Februari-Maret yang hanya 4,8%.
“Angka golput hasil polling yakni 28,8 pada Pilpres dan 7,12 pemilu legislatif, kan orang-orang yang sudah nyata-nyata tidak akan memilih, belum termasuk orang-orang yang tidak bisa memilih karena kesalahan teknis administrasi. Pada kenyataan Pemilu 2009 nanti, golput bisa mencapai 40% bahkan memenangi parpol atau calon presiden pemenang Pemilu nanti, kalau kondisi kesiapan Pemilu dan kinerja pemerintah semakin tak dipercaya masyarakat,” kata Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif seusai mengumumkan hasil poling nasional pandangan masyarakat mengenai kepemimpinan nasional dan parpol di Jakarta, Senin (4/8).
Jajak pendapat menggunakan metode multistage random sampling dengan proporsi sampel jumlah penduduk di 33 provinsi. Total saple 2.519 responden. Margin error poling ini hanya 1,95% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Pada poling putaran pertama Februari-Maret capres yang paling banyak dipilih Susilo Bambang Yudhoyono (24,8%). Angka itu tidak begitu jauh dari angka golput yang mencapai 19,9%. Urutan berikutnya ditempati Megawati Soekarnoputri (16,8%), Sri Sultan Hamengku Buwono X (5,0%), Wiranto (4,5%), Hidayat Nur Wahid (3,3%), KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) (2,9%), Amien Rais (2,2%), Akbar Tadjung (1,8%), Jusuf Kalla (1,6%), Sutiyoso (1,2%), Surya Paloh (1,1%), dan Prabowo (0,3%).
Pada poling putaran kedua Juni-Juli yang unggul justru golput yang mencapai 28,8%. Kemudian Megawati menempati posisi kedua meraih 19,4%. Yudhoyono turun ke peringkat di bawah Megawati dengan meraih 19,06%. Peringkat Hamengku Buwono juga naik dengan meraih 7,12%, Amien Rais (6,14%), Prabowo (3,81%), Gus Dur (3,3%), Akbar Tandjung (2,92%), Jusuf Kalla (2,5%), Sutiyoso (1,5%). Sebaliknya Wiranto turun peringkat yang hanya meraih 3,05% dan Hidayat Nur Wahid (0,68%).
“Penurunan peringkat Yudhoyono, kami perkirakan akibat Yudhoyono sebagai Presiden menaikkan harga BBM. Ini juga menguntungkan Megawati yang bersikap menolak penaikan BBM,” kata Yudi Latif.
Sedangkan parpol yang menang jika pemilu dilaksanakan Juni-Juli adalah PDIP meraih 22.58% naik dari poling Februari Maret yang hanya mencapai 19,3%. Kemudian ditempati Partai Golkar naik 16,1% menjadi 16,23%, Partai Demokrat 8,3% menjadi 10,02%, PKS dari 5,0% menjadi 9,8%, PAN naik dari 3,1% menjadi 5,61%, PKB 4,5% menjadi 5,57%, PPP 3,4% menjadi 4,71%. Sedangkan parpol lainnya Partai Hanura, PBR, PBB, dan PDS hanya memperoleh persentase kurang dari 1%, tidak lolos parliamentary threshold 2,5%.
“Kalau dicermati kenaikan popularitas Megawati seiring dengan kenaikan popularitas PDIP. Tapi dari hasil penelitian kami, PDIP hanya menguat di Jawa, sedangkan Golkar sekalipun perolehannya di bawah PDIP, perolehan kursinya di DPR akan diperkirakan tetap lebih tinggi dari PDIP karena Golkar menyebar di seluruh daerah,” katanya. (KN/OL-03)
Source : Media Indonesia