Banda Aceh, Kompas – Proklamator Gerakan Aceh Merdeka, Teungku Hasan Muhammad di Tiro atau lebih dikenal Hasan Tiro, mengungkapkan terima kasih dan rasa syukur untuk perdamaian yang telah berjalan di Aceh. Penghargaan terutama ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla.
Dalam pidato tertulis yang dibacakan mantan Perdana Menteri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Malik Mahmud, Hasan Tiro mengucapkan rasa terima kasih teristimewa untuk Presiden dan Wakil Presiden atas komitmen Pemerintah Republik Indonesia menyelesaikan konflik Aceh secara damai.
Hasan Tiro tiba di Aceh menggunakan pesawat carter dari Malaysia, Sabtu (11/10). Sebelumnya selama sepekan Hasan Tiro dan rombongan berada di Malaysia. Rombongan Hasan Tiro menyewa dua pesawat dan mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, sekitar pukul 11.30.
Dia datang beserta mantan petinggi GAM, antara lain, Malik Mahmud, dr Zaini Abdullah, Zakaria Saman, dan Muzakir Manaf. Begitu turun dari pesawat, Hasan Tiro langsung bersujud. Ini adalah kedatangan Hasan Tiro untuk pertama kali ke Aceh sejak mengasingkan diri ke luar negeri, 29 Maret 1979.
Di Banda Aceh, Hasan Tiro disambut sangat meriah oleh ratusan ribu warga. Mereka mulai berdatangan sejak Jumat dari berbagai kabupaten, terutama dari pesisir pantai timur, seperti Aceh Timur, Aceh Utara, Kota Lhok Seumawe, Bireuen, hingga Pidie yang merupakan kampung halaman Hasan Tiro.
Dari bandara, rombongan Hasan Tiro langsung menuju Masjid Raya Banda Aceh, pusat berkumpulnya ratusan ribu warga. Namun, kondisi fisik dan usia Hasan Tiro tak memungkinkannya berbicara lama secara langsung dengan massa di hadapannya. Dia hanya berpidato secara singkat dalam bahasa Aceh. ”Assalamualaikum, saya sudah kembali ke Aceh. Allahu Akbar,” ujarnya.
Selanjutnya, pidato tertulis Hasan Tiro dibacakan Malik. Dalam pidato tersebut, berulang kali Hasan Tiro mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas perdamaian dan kebebasan yang kini bisa dinikmati rakyat Aceh.
”Saya menghargai kebijaksanaan dan tekad baik Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Bapak Jusuf Kalla yang sejak awal tahun 2000 telah merintis jalan penyelesaian konflik berkepanjangan di Aceh harus melalui perundingan, bukan dengan kekerasan senjata,” katanya.
Dia juga berpesan kepada masyarakat Aceh agar tetap memelihara dan menjaga perdamaian secara menyeluruh. Dia mengingatkan untuk tidak berusaha menghancurkan perdamaian.
”Kalau masih ada pihak-pihak yang menentang dan tidak menyetujui MOU Helsinki, saya menyerukan untuk kembali dan bersatu dengan rakyat Aceh yang sekarang sedang memelihara dan menikmati kedamaian dan kebebasan menyeluruh di bumi Aceh,” ujar Hasan Tiro.
Ia mengungkapkan, pengalaman konflik bersenjata masa lalu telah memakan banyak korban rakyat Aceh. ”Di dalam perang kita telah sangat banyak pengorbanan, tetapi dalam kedamaian kita harus bersedia berkorban lebih banyak lagi. Memang biaya perang sangat mahal, tetapi biaya memelihara perdamaian jauh lebih mahal. Peliharalah kedamaian ini untuk kesejahteraan kita semua,” katanya.
Warga puas
Warga yang hadir di Masjid Raya umumnya mengaku puas dapat bertemu langsung dengan Hasan Tiro yang mereka anggap sebagai ”Wali Nanggroe” atau penerus kepemimpinan setelah era Kesultanan Aceh berakhir.
Menurut salah seorang warga asal Lhok Seumawe, Muhajir, dia ingin tahu secara langsung sosok Hasan Tiro yang diceritakan orangtuanya. ”Saya hanya dengar perjuangan Hasan Tiro dari orangtua, makanya saya mau jauh-jauh dari Lhok Seumawe datang ke Banda Aceh,” katanya.
Tidak hanya orang tua, anak- anak muda, termasuk para pelajar, pun mengatakan ingin bertemu langsung dengan Hasan Tiro. Mukhlis, pelajar kelas III SMA di Lhok Seumawe, mengatakan, dari ayahnya dia tahu sosok Hasan Tiro sebagai pejuang rakyat Aceh. ”Saya ingin melihat langsung, tidak hanya cerita dari orangtua saja,” ujarnya.
Seperti ribuan warga Aceh lainnya, Muhajir dan Mukhlis rela meninggalkan aktivitas rutin, seperti pekerjaan dan sekolah, demi melihat langsung kedatangan Hasan Tiro. Sejak Jumat malam mereka menginap di tempat terbuka, seperti Taman Budaya dan Taman Sari, demi menyaksikan langsung sosok Hasan Tiro.
Berbagai jenis kendaraan mereka gunakan, antara lain truk, bus, hingga mobil pribadi. Mereka membawa bekal makanan berupa beras dan lauk-pauk dari rumah. ”Kami membawa peralatan masak sendiri,” ujar Martunis yang datang bersama 32 temannya dari Aceh Utara menggunakan truk bak terbuka.
Meski massa yang hadir menyaksikan kedatangan Hasan Tiro mencapai ratusan ribu, kondisi keamanan Banda Aceh terkendali. Beberapa toko memang sengaja memilih tutup pada Sabtu.
Satu-satunya insiden adalah penurunan bendera Merah Putih di halaman Masjid Raya sesaat sebelum kedatangan Hasan Tiro. Namun, aparat TNI langsung mencegah aksi tersebut dan menaikkannya kembali. (BIL)
Source : kompas.com, 12 Oktober 2008