Jakarta, Kompas – Hasil Pilkada 2010-2014 dapat menjadi ukuran kemenangan partai politik pada Pemilu 2014. Karena itu, kekalahan calon-calon kepala daerah Partai Demokrat dalam Pilkada 2010 seharusnya menjadi peringatan bagi Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum untuk mencari tokoh dengan keterpilihan tinggi seperti Susilo Bambang Yudhoyono.
Hal itu disampaikan Direktur Lembaga Survei Indonesia Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, Jumat (18/6), mengomentari kemungkinan berubahnya konstelasi politik karena hasil Pilkada 2010.
Burhanuddin mengamati, kemenangan PDI-P dalam Pilkada 2010 di daerah yang dalam Pemilu Legislatif 2009 dimenangi Partai Demokrat, mengingatkannya pada fenomena Pilkada 2005-2009.
Waktu itu pilkada gubernur mayoritas dimenangi PDI-P, sedangkan pilkada kabupaten/kota dimenangi Partai Golkar. Calon-calon dari Partai Demokrat dikalahkan oleh calon dari PDI-P dan Partai Golkar karena ketokohan calon PDI-P dan Partai Golkar lebih tinggi dibandingkan calon Partai Demokrat. Namun, waktu itu hasil Pilkada 2005-2009 ternyata tak berkorelasi dengan hasil Pemilu 2009 yang dimenangi oleh Partai Demokrat dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Contoh Pilkada 2010
Dalam Pilkada 2010, Burhanuddin memberikan contoh tiga pilkada di mana calon Partai Demokrat kalah, yaitu di Kota Semarang, Kota Surabaya, dan Kota Medan, putaran pertama. ”Kemenangan Pemilu 2009 itu karena faktor individu, yaitu ketokohan SBY. Sekarang karena SBY tidak bisa mencalonkan lagi, tampaknya akan ada korelasi antara hasil pilkada dan hasil Pemilu 2014. Itu tugas PDI-P untuk mencari calon presiden dengan tingkat keterpilihan tinggi,” ujar Burhanuddin.
Taufiq Kiemas, tokoh senior PDI-P yang juga suami Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, di Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat, mengakui, kemenangan PDI-P di sejumlah Pilkada 2010 cukup mengejutkan. Dari 92 pilkada yang sudah berjalan, PDI-P sudah menang 43 pilkada dan 24 di antaranya adalah kader PDI-P sendiri. ”Contohnya di Kota Semarang (Soemarmo-Hendi Hendra), calon PDI-P dalam survei tidak berada di atas, tetapi bisa menang karena mesin partai jalan,” ujarnya.
Kunci kemenangan PDI-P dalam pilkada itu ada tiga, yaitu ketokohan, populer dalam survei, dan berjalannya mesin partai.
Taufiq mengemukakan, isu lain yang saat ini menjadi sorotan PDI-P adalah komitmen calon kepala daerah untuk tak korupsi. ”Sekarang tidak ada lagi kepala daerah tersangkut korupsi. Kalau ada, itu sisa Pemilu 1999 yang belum tahu bagaimana memerintah. Setelah Pemilu 2004 tidak ada lagi yang korupsi,” ujar Taufiq.
Sabtu (19/6) ini digelar Pilkada Kota Medan putaran kedua yang diikuti Sofyan Tan-Nelly Armayanti (PDI-P dan Partai Damai Sejahtera) serta Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin (Partai Demokrat dan Partai Golkar). Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin mengimbau masyarakat Kota Medan untuk menggunakan hak pilihnya. (BUR)
Source : Kompas.com