JAKARTA, KOMPAS.com — Pakar politik dari LIPI, Dr Hermawan Sulistio, menilai segala strategi kampanye capres, termasuk publikasi besar-besaran “Pilpres Satu Putaran” yang dianggap sebagai suatu sikap keangkuhan (jumawa), bisa berisiko tak disukai rakyat pemilih.
“Tetapi, saya kira, sah-sah saja tim sukses menerapkan strategi kampanye masing-masing dalam politik,” katanya di Jakarta, Jumat (19/6).
Demikian pula dengan sikap angkuh dan sombong (jumawa), katanya, juga boleh-boleh saja dilakukan capres/cawapres dan tim kampanyenya. Namun, lanjutnya, kalau rakyat tidak suka dengan sikap itu, maka rakyat tentu tidak akan memilihnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sebuah lembaga survei membuat iklan dan dipublikasikan besar-besaran tentang “Pilpres Satu Putaran” yang spontan mengundang kontroversi berbagai kalangan.
Ketua PB HMI periode 2003-2005, Hasanuddin dan Ade Reza Hariyadi (salah satu Ketua Presidium Pusat GMNI periode 2005-2007), berpendapat, iklan tersebut selain melecehkan demokrasi serta konstitusi, juga menggiring opini publik seolah-olah pilpres sudah dimenangkan capres tertentu.
Secara terpisah, pengamat politik ekonomi Dr Iwan Gunawan berpendapat, sebaiknya para capres fokus pada mengemukakan track record (rekam jejak) mereka dan memberikan gambaran kepada pemilih apa kelebihannya masing-masing untuk bisa memimpin Indonesia menuju kondisi yang lebih baik.
“Slogan-slogan janji dan perdebatan teori ekonomi sudah bukan waktunya lagi bagi pemilih kita yang sudah pandai dan tidak bisa ditipu lagi,” kata Iwan Gunawan.
Source : Kompas.com