JAKARTA, KOMPAS.com — Partai politik Indonesia bertaburan dalam pemilu legislatif yang berlangsung pada April. Tercatat, ada 38 partai nasional yang bertarung untuk memperebutkan pilihan. Namun, dari partai sebanyak itu, hanya delapan partai yang dapat dikatakan siap menghadapi pemilu. Sisanya tidak sukses dalam pertarungan karena lemahnya dukungan finansial dan konflik internal partai.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Forum Masyarakat Pemantau Parlemen Indonesia (Formappi) dan Yayasan TIFA, delapan partai yang dinilai siap terbukti memenuhi parliamentary threshold dan menjadi penghuni Senayan. Partai-partai itu adalah Partai Demokrat, Partai Golkar, PDI Perjuangan, PKS, PAN, PPP, Gerindra, dan Hanura. Ini merupakan hasil dari penelitian tahap kedua yang dilakukan pada 23-31 Maret terhadap semua parpol dan caleg DPR di enam dapil, yaitu DKI Jakarta 1, Sumatera Utara 1, Jambi, Kalbar, DIY, dan NTT.
Demikian diungkapkan Sekjen Formappi Sebastian Salang pada seminar “Membandingkan Kesiapan Parpol dalam Menghadapi Pileg 2009 dan Hasil Akhirnya di Jakarta, Kamis (25/6). Ia memaparkan, ada sembilan indikator untuk memasukkan delapan partai tersebut sebagai partai yang siap mengikuti pemilu legislatif.
Indikator itu, pertama, jaringan organisasi di daerah bekerja dalam meraih dukungan. Kedua, jumlah caleg banyak dan semua caleg berjuang untuk meraih suara. Ketiga, partai dan caleg memanfaatkan jadwal kampanye secara efektif. Keempat, caleg memanfaatkan jaringan partai dan sosial individu selama kampanye.
“Indikator lainnya ternyata partai yang melaksanakan kampanye secara terbuka pemilihnya banyak,” ujar Sebastian.
Indikator keenam, partai memberikan dukungan finansial dalam pelaksanaan kampanye terbuka. Selanjutnya, memiliki strategi menyeluruh untuk sosialisasi, mampu memobilisasi massa yang banyak, dan terbuka untuk melakukan afirmasi terhadap kelompok marjinal.
“Namun, ternyata, untuk indikator yang terakhir ini, dari sembilan partai yang masuk ke Senayan, tidak ada yang punya afirmasi dengan kelompok penyandang cacat sebagai bagian dari kelompok marjinal,” ungkap Sebastian.
Fenomena PKB
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) termasuk satu dari sembilan partai yang memenuhi ambang batas parlemen. Akan tetapi, dalam penelitian Formappi, PKB dikategorikan sebagai partai yang tidak siap menghadapi pemilu. Faktor utamanya, konflik internal partai yang terjadi menjelang pemilu.
“Dari survei tahap pertama, banyak gejolak yang sulit untuk meyakinkan bahwa PKB bisa meraih suara banyak. Persiapan menjelang pileg tidak hanya dilakukan karena terkuras untuk menyelesaikan konflik internal,” kata Sebastian.
Lolosnya PKB lebih diperkuat karena basisnya yang kuat di Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah.
Source : Kompas.com