Home > Education > Political Marketing > Ini Dosa Besar Partai Politik

Pengamat politik nasional yang kini menetap di Aceh, Al Chaidar, menyebutkan bahwa kurangnya komposisi perempuan dalam partai politik merupakan dosa besar partai politik di Aceh. Dia mengatakan, seharusnya partai politik berperan aktif dalam melakukan rekrutmen kader kaum perempuan. Persoalannya adalah, partai politik di daerah sangat sedikit melakukan rekrutmen. Baru sibuk ketika saat-saat pendaftaran nama calon anggota legislatif. Lakon itu dilakukan partai besar dan kecil. Partai nasional dan juga lokal. “Ini dosa besar partai politik. Seharusnya, mereka melakukan rekrutmen politik secara benar. Jangan hanya ketika musim Pemilu. Jadi, kader mereka juga akan sangat loyal jika dilakukan jauh hari sebelum Pemilu,” kata Al Chaidar.

Penulis buku-buku tentang Aceh ini juga menyebutkan, saat ini anggapan miring masyarakat Aceh terhadap perempuan harus diubah. Masyarakat menganggap bahwa ranah politik adalah kaplingnya laki-laki. Pandangan ini pula yang menyulitkan perempuan. “Pandangan ini jelas salah. Sejarah Islam juga menyebutkan bahwa Aisyah, berjuang bersama Rasulullah SAW. Perjuangan laki-laki dan perempuan itu sah hukumnya. Ini untuk kebaikan kaum perempuan juga,” terang Chaidar.

Dia menyebutkan, masyarakat Aceh saat ini sudah terkena budaya fundamentalis. Dimana, perempuan dianggap sebagai pasar dan laki-laki sebagai produsen. Sehingga, peran perempuan dalam politik dan pembangunan terkesan dikebiri. “Budaya mengebiri perempuan ini sangat berbahaya. Harus ditiadakan. Partai politik harus melakukan rekrutmen politik terhadap perempuan. Sehingga peran mereka lebih besar,” ungkap Chaidar.

Pengajar Ilmu Politik pada Universitas Malikussaleh Lhokseumawe ini menilai, kemampuan laki-laki dan perempuan dalam berpolitik praktis cenderung sama. Bahkan, perempuan lebih amanah dibanding laki-laki. “Soal apa pun biasanya perempuan lebih amanah. Hasil riset Muhammad Yunus, pemenang nobel bidang pemberdayaan ekonomi, menyebutkan, perempuan lebih rajin mengembalikan pinjaman uang pada Gramen Bank yang dipimpin Yunus. Ini jelas menunjukkan bahwa perempuan lebih jujur. Laki-laki belum tentu amanah,” kata Chaidar.

Dia menyarankan agar masyarakat Aceh memberi kesempatan pada perempuan untuk terlibat aktif dalam politik praktis. Sehingga ke depan, perempuan sendiri yang membela nasib perempuan. “Maka masyarakat Aceh harus memberikan kepercayaan pada politisi perempuan. Sehingga, mereka bisa membuktikan, bahwa perempuan mampu. Perempuan juga bisa ikut dalam pembangunan,” pungkas Chaidar. (masriadi)

Source : Tabloid KONTRAS Nomor : 513 | Tahun XI 29 Oktober – 4 November 2009

You may also like
Pemilu Turki, Pengamat: Partai atau Caleg yang Bagi-bagi Sembako dan Politik Uang Tak Dipilih Rakyat
Muhaimin Iskandar dan Jejak Lihai Sang Penantang Politik
Elemen Kejutan dari Pencalonan Anies
Demokrat, PNA dan PAN Dikabarkan Usung Irwandi dan Nova Iriansyah

Leave a Reply