Home > Education > Political Marketing > Intimidasi Pemilukada, Tanggung Jawab Semua Kandidat

Intimidasi Pemilukada, Tanggung Jawab Semua Kandidat

JAKARTA – Persaingan Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta semakin sengit. Beberapa simpatisan dari beberapa calon kandidat terintimidasi. Menurut Pengamat politik Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago hal tersebut sudah melanggar dan harus dikecam.

“Kalau masalah intimidasi dan teror, untuk alasan itu tidak dibolehkan apalagi itu terindikasi untuk tujuan pemenang atau pembungkaman lawan politik dalam Pemilukada, cara itu kalau urusan kepentingan apapun harus dikecam,” ucapnya saat berbincang dengan Okezone, Selasa (3/7/2012).

Kata Andrinof, hal tersebut terjadi dikarenakan ada kandidat yang sangat bernafsu untuk menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta. “Memang agak kerasnya gini, ada orang yang sangat bernafsu untuk menang sehingga lupa mengikuti cara-cara yang santun, kalau di tengah Pemilukada terjadi teror, intimidasi dan penculikan nanti orang akan mencurigai yang melakukannya adalah calon yang ingin menang dan bernafsu,” tambahnya.

Andrinof menambahkan, semua kandidat calon Gubernur DKI Jakarta harus bertanggung jawab dengan adanya kasus tersebut. “Jadi semuanya harus bertanggung jawab untuk membuktikan itu memang tidak ada hubungannya dengan Pemilukada, jadi engak boleh diam baik yang diduga teror dan intimidasi maupun yang merasa dirugikan dan korban,” ujarnya.

Andrinof pun berharap agar pihak kepolisian agar mengusut kasus tersebut dan para korban agar melapor kejadian tersebut agar ditindak lanjuti oleh pihak kepolisian.

Seperti diberitakan sebelumnya, salah seorang pendukung pasangan Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta dari jalur independen, Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria, mendapatkan intimidasi.

Korbannya yakni petugas pemungutan dana amal Masjid Jami Shofwatul Ummah, di Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat. Dia dipecat setelah ketahuan Ketua RT-nya gara-gara mendukung pasangan Cagub dan Cawagub bernomor urut dua.

Kejadian ini berawal ketika seorang anak buahnya mengikuti acara Santiaji di Lapangan Tenis, Jalan Arteri Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Acara tersebut diketahui oleh Ketua RT setempat yang langsung mencopotnya dari kepanitiaan pembangunan masjid.

Source : Okezone.com

You may also like
Ini Saran Ahli untuk Melawan Ahok di Pilkada DKI 2017
Membaca Tanda Zaman
Perkembangan Strategis Aceh Menjelang Pemilu 2014
Kampanye Terselubung di Sosial Media Kian Gencar

Leave a Reply