JAKARTA – Mendekati Pemilu 2009, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) makin mendapat banyak sorotan. Sejumlah pihak melihat faksi-faksi di tubuh partai ini semakin kentara. Presiden PKS Tifatul Sembiring dan Sekjen DPP PKS Anis Matta disebut-disebut memiliki perbedaan strategi menghadapi pesta demokrasi tahun depan.
“Tifatul memandang masyarakat Indonesia akan tertarik jika PKS konsisten. Sedangkan Anis Matta lebih melihat pada peluang untuk bekerja sama dengan siapa saja,” ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Saiful Mujani dalam diskusi Partai Islam dan Demokrasi: PKS di Indonesia 1998-2006 di Kantor Maarif Institute, Jalan Muria No 7, Guntur, Setiabudi, Jakarta, Rabu (17/12/2008).
Kendati demikian, Saiful menilai strategi yang diterapkan Tifatul dan Anis tetap berujung pada pemenangan Pemilu 2009. Meski dalam perjalanannya tak jarang terjadi benturan yang muncul ke permukaan.
Mujani mencontohkan ketika terjadi perbedaan pendapat dalam memandang sosok mantan Presiden Soeharto. Tifatul mengaku tidak pernah mengadakan rapat untuk memutuskan bahwa Soeharto adalah pahlawan. Hal yang justru diamini oleh Anis.
“PKS memang semakin majemuk. Ada yang lebih rasional dan konservatif,” kata Saiful.
Namun, dia menilai PKS memang harus bergerak ke tengah jika ingin mendapat dukungan luas di masyarakat. Apalagi, kecenderungan masyarakat Indonesia saat ini adalah bergeser dari kiri ke kanan, sementara PKS dari kanan ke kiri. “Jadi bertemu di tengah. Ini menarik,” tandasnya. (ded) (uky)
Source : okezone.com, 17 Desember 2008