Home > Education > Political Marketing > Kaleidoskop Pemilu 2008: Geliat Artis di Panggung Politik

Kaleidoskop Pemilu 2008: Geliat Artis di Panggung Politik

JAKARTA – Dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah. Itulah sebait lagu yang mencerminkan kehidupan terutama bidang politik saat ini. Di mana, sejumlah artis yang biasanya tampil untuk bersandiwara, kali ini dituntut berperan nyata menjadi bagian penggerak roda pemerintah. Baik itu menjadi kepala daerah ataupun anggota legislatif.

Jelang Pemilu 2009 ini, sejumlah nama dari kalangan entertaint bermunculan. Bahkan, hampir seluruh partai besar pasti memiliki caleg dari pekerja seni.

Sebut saja nama Ikang Fawzi dan Eko Patrio (PAN), Jeremy Thomas dan Tantowi Yahya (Golkar), Rieke Dyah Pitaloka dan Edo Kondologit (PDIP) Rachel Maryam (Gerindra), Hendra Cipta dan Ray Sahetapi (RepublikaN), Gusti Randa dan Anwar Fuadi (Hanura), Marissa Haque dan Evi Tamala (PPP), Thessa Kaunang dan Tamara Geraldine (PDS), Venna Melinda dan Tere (Demokrat).

Bahkan, sejumlah nama yang disebutkan itu baru sebagian artis yang siap bertarung merebut simpati masyarakat untuk menjadi anggota parlemen. Di luar itu, masih ada sejumlah nama lainnya. Baik itu penyanyi, presenter, atau pun pemain film.

Fenomena artis berpolitik bukan hanya terjadi jelang Pemilu 2009 ini. sebelumnya, beberapa nama juga pernah muncul menghiasi sejumlah pemilihan kepala daerah. Ada yang berhasil seperti Rano Karno (Wakil Bupati Tangerang) dan Dede Yusuf (Wakil Gubernur Jawa Barat), ada juga yang kurang beruntung seperti Marissa Haque (Pilgub Banten), Primus Yustisio (Pilkada Subang), Nurul Qomar (Pilkada Indramayu), dan Syaiful Jamil (Pilkada Serang).

Persoalan yang muncul kemudian adalah, apakah munculnya sederet nama artis tersebut hanya maneuver partai politik yang ingin meraih suara terbanyak, atau memang artis yang dicalonkannya tersebut memiliki pengetahuan dan kredibelitas sesuai dengan kebutuhan rakyat saat ini.

Dunia perpolitikan memang berbeda tipis dengan panggung sandiwara. Sebab, tidak ada istilah kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan. Tergantung peran yang sedang dimainkan.

Pertanyaannya, mampukah mereka bersaing dengan para kompetitor yang merupakan politisi lebih senior, dan saat terpilih menjadi anggota DPR nanti, sanggupkah mereka menjadi mulut dan telinga bagi rakyat Indonesia? Kita lihat saja nanti.

Source : okezone.com, 24 Desember 2008

You may also like
Indonesia Bertabur Partai, Hanya 8 yang Siap Hadapi Pemilu
Sistem Suara Terbanyak Perlemah Kelembagaan Partai
Perdamaian Aceh di ujung tanduk
Partai Keadilan Sejahtera: Mosaik Pluralitas Muslim Perkotaan

Leave a Reply