Denpasar, Kompas – Pelaksanaan kampanye sebagai rangkaian Pemilu 2009 hanya dimanfaatkan sebagai ajang pamer diri daripada mempertimbangkan budaya lokal dan pembelajaran politik bagi masyarakat.
Hal ini terlihat dari ratusan baliho, spanduk, dan bendera yang hanya menonjolkan wajah salah satu calon anggota legislatif maupun calon DPD, serta mengabaikan keindahan kota untuk pemasangannya.
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Ketut Putra Erawan, dan budayawan dari Universitas Udayana, Bali, I Gde Parimartha, mengharapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah mampu mengontrol bersama Panitia Pengawas Pemilu setempat agar tercipta suasana berbudaya dan cinta lingkungan.
Menanggapi hal tersebut, Ketua KPU Bali Ketut Sukawati Lanang Perbawa mengatakan, pihaknya terus berusaha mengimbau semua parpol dan calon anggota legislatif agar terlibat dalam atraksi budaya pada masa kampanye.
”Kami juga berusaha mengingatkan kepada siapa pun, parpol maupun caleg, agar tertib dan cinta lingkungan ketika memasang spanduk atau semacamnya,” katanya, Senin (29/12).
Namun, ternyata mengajak dan mewujudkan hal tersebut tak mudah. Meski sudah dilakukan pembersihan atribut partai atau caleg, mereka tetap memasang dan mengabaikan kesepakatan bersama soal keindahan kota.
Dalam diskusi mengenai ”Mengemas Pemilu 2009 sebagai Atraksi Budaya”, di Denpasar, beberapa waktu lalu, Erawan menegaskan, pemasangan atribut kampanye secara serampangan itu mencerminkan para peserta pemilu hanya mementingkan dirinya sendiri. Bahkan, ia pun tak yakin para peserta pemilu memiliki konsep dasar jelas terkait tujuan kampanye tersebut.
”Mereka hanya mengedepankan soal kompetisi dan takut tidak ada yang memilih dirinya,” kata Erawan.
Menurut Parimartha, pemilu yang berbudaya akan menjadi kunci keberhasilan dari pelaksanaannya sendiri. Alasannya, pemilihan secara langsung ini merupakan kebudayaan yang diambil dari kebudayaan lain sehingga perlu diakulturasikan dengan budaya nasional dan budaya lokal agar diterima masyarakat. (AYS)
Source : kompas.com
Nama juga manusia, ada-ada saja