TEMPO.CO, Jember – Acara pencoblosan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur akan berlangsung Kamis besok, 29 Agustus 2013, dan saat ini merupakan masa tenang. Namun, di Kabupaten Jember, justru kian gencar kampanye terselubung menggunakan fasilitas media sosial, seperti short message service (SMS), Facebook, Twitter, maupun BlackBerry Messenger (BBM).
Isi kampanye umumnya berupa ajakan untuk memilih pasangan tertentu dengan menggunakan idiom-idiom. Di antaranya, “Sudah Ada Ibu, Tak Perlu Ikut Pak Dhe”, “Salam Jempol dari Pak Dhe”, “Semoga Berkah”, “Tidak Usah Bingung”, Yang Penting Beres”, “Kacepot Gulena Merah”, Salah Lopot Nyoblos KarSa”, serta “Jempol Mantap Poll”.
Pak Dhe adalah sapaan akrab Soekarwo, calon gubernur inkumben. Ibu merupakan sebutan untuk Khofifah Indar Parawansa. Jempol adalah sebutan untuk pasangan Bambang D.H.-Said Abdullah. Adapun KarSa adalah sebutan untuk pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf.
“Saya sampai capek. Tiga handphone saya semuanya dapat sampai 10 lebih pesan kampanye,” kata Soleh, seorang pegawai Pemerintah Kabupaten Jember, Rabu, 28 Agustus 2013.
Keluhan serupa dikemukakan puluhan pegawai pemerintah serta sejumlah pegawai swasta. Kotak pesan (inbox) di telepon seluler mereka dipenuhi pesan-pesan atau permintaan dukungan kepada pasangan calon tertentu. “Saya sampai capek menghapusnya,” ujar Sintia, seorang pegawai perusahaan makanan di Jember.
Berdasarkan pengamatan Tempo, pesan yang paling gencar datang dari pihak yang menyebut dirinya tim sukses pasangan Soekarwo-Saefullah Yusuf (KarSa), Bambang D.H.-Said Abdullah (Jempol), dan Khofifah Indar Parawansa-Herman S. Sumawiredja (Berkah).
Selain ajakan mendukung dan memilih calon tertentu, ada juga pesan atau posting tentang hasil survei Lembaga Survey Indonesia (LSI) dan Proximity. Kedua lembaga survei tersebut menempatkan KarSa sebagai pasangan yang akan unggul, bahkan memenangi pemilihan hanya dalam satu putaran.
Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Jember, Dima Akhyar, mengaku tak berdaya mengatasi gencarnya kampanye terselubung melalui media sosial tersebut. “Sulit ditindak. Kalau ada yang punya jurus yang oke, akan kami pakai untuk melarangnya. Sebab, tidak ada aturan secara teknis dan spesifik,” ucapnya.
Source : Tempo.co