Home > Education > Political Marketing > Ketika Para Capres Terperangkap dalam

Ketika Para Capres Terperangkap dalam

KOMPAS.com- Peforma tiga calon presiden pada Debat Capres malam tadi dinilai hanya mengedepankan penampilan yang “baik-baik” saja, penuh kesantunan dan tidak berani bersinggungan dengan perdebatan.

Aksi saling dukung yang ditampilkan dipilih sebagai jalan aman akan ketakutan dicap sebagai sosok yang “tidak santun” oleh masyarakat.

Akan tetapi, pilihan “santun” ini, menurut Direktur Strategic of Political Intelligence, Hamid Basyaib, mengaburkan substansi masalah yang seharusnya menjadi bahan perdebatan para calon. Akhirnya, masing-masing tidak bisa menjanjikan sesuatu langkah konkrit yang akan dilakukan jika terpilih sebagai pemenang.

“Kesantunan tidak bisa menjadi ukuran. Itu untuk etika sosial saja. Tapi kalau diterapkan dalam kehidupan politik belum tentu tepat. Dalam politik, kebenaran yng disembunyikan, ketidakbenaran yang tidak diungkapkan, akan menjadi masalah serius,” ujar Hamid, Jumat (19/6), di Jakarta.

Ia mengakui, sebagian masyarakat Indonesia masih menuntut kesantunan dari para pemimpinnya. “Tapi kewajiban pemimpin memberi arahan yang tepat pada kecenderungan kultural di masyarakat, karena tidak semua nilai budaya itu bagus,” kata dia.

Hamid melihat, cengkeraman “kesantunan” sangat luar biasa membelit para capres pada debat malam tadi. Kesan debat yang tidak muncul justru membuat citra ketiganya anjlok bagi masyarakat yang mendambakan aksi debat memukau. “Dan gejala (kesantunan) ini mengkhawatirkan bagi dinamika politik dan demokrasi,” ujar Hamid.

Ahli Filsafat Politik UI Rocky Gerung berpendapat, para capres mulai terperangkap dengan pencitraan. Salah satunya dengan menampilkan kesan santun. “Padahal, teori kesantunan itu palsu,” kata Rocky.

Kesantunan yang mulai menggejala pada para politisi juga diakui oleh anggota DPD, I Wayan Sudirta. Ia juga melihat ada fenomena penancapan citra santun, sehingga membuat para politisi takut mendapatkan cap tidak baik dari masyarakat.

“Kalau kita lihat, jadinya sekarang ini, orang yang santun lebih dihargai daripada orang yang berbicara jujur dan apa adanya. Ini kan sangat memprihatinkan,” kata Wayan.

Source : Kompas.com

You may also like
Azyumardi: Forum Rektor Tak Proporsional
LSI Optimistis Pilpres Hanya Satu Putaran
Puskaptis: Figur SBY Penentunya
Peluang Satu Atau Dua Putaran “Fifty-Fifty”

Leave a Reply