Jakarta, Kompas – Komisi Pemilihan Umum atau KPU sedang mempertimbangkan pengadaan penambahan kotak suara dengan bahan kayu. Sebelumnya, pada Pemilu 2004, kotak suara terbuat dari bahan aluminium.
Data dari KPU menyebutkan, kotak suara bekas Pemilu 2004 yang ada dalam kondisi baik sebanyak 80 persen atau 1.814.067 buah, sisanya 20 persen atau 220.009 buah dalam kondisi rusak ringan dan rusak berat.
Anggota KPU, Abdul Aziz, Selasa (15/7), mengatakan, untuk pengadaan kotak suara Pemilu 2009 dianggarkan Rp 123.000 per buah, dengan total anggaran untuk kotak suara sebanyak Rp 76 miliar.
”Nah, dengan harga itu, kami lebih memilih menggunakan kayu. Tentu saja kayu dengan kualitas baik, seperti kayu meranti, karena harga aluminium lebih mahal. Pada pemilu yang lalu saja satu buah kotak suara harganya Rp 150.000,” kata Aziz.
Menurut Aziz, KPU memperkirakan pengadaan penambahan kotak suara berjumlah 613.656 buah. Angka itu mungkin akan berubah bila sudah ada data yang pasti berapa kotak suara aluminium di seluruh KPU daerah yang masih bisa digunakan.
Pertimbangan penambahan kotak suara itu, lanjut Aziz, karena daya tampung kotak suara aluminium yang semakin sedikit. Pada pemilu lalu, satu buah kotak suara bisa menampung 300 surat suara, tetapi untuk kali ini satu kotak suara diperkirakan hanya dapat menampung sekitar 200 surat suara. ”Dengan jumlah peserta pemilu 34 parpol, surat suara juga akan lebih besar sehingga daya tampung kotak suara akan lebih sedikit,” katanya.
Lebih lanjut Aziz mengatakan, keputusan untuk membuat kotak suara dengan bahan kayu belum final. Ia menjanjikan, dalam waktu dekat, KPU akan memutuskan hal itu. ”Dalam waktu yang tidak lama lagi akan kami putuskan, setelah rapat dengan biro logistik, nanti KPU juga akan merekrut staf ahli yang mengerti soal logistik,” ungkapnya.
Menanggapi hal itu, anggota Badan Pengawas Pemilu, Wahidah Suaib, mengungkapkan, KPU seharusnya bersikap transparan dalam pengadaan logistik pemilu, termasuk untuk pengadaan kotak suara dengan bahan kayu. (SIE)
Source : Kompas.com
