Home > Education > Political Marketing > Media online jitu untuk kampanye

Media online jitu untuk kampanye

JAKARTA – Mestinya, media online adalah sasaran tembak jitu bagi partai politik peserta Pemilu 2009. Sayangnya, tak banyak yang memanfaatkannya. Padahal, di situlah tempat mangkalnya masa mengambang.

Media online juga menjadi tempat yang efektif karena mampu menembus sekat ruang dan waktu. Media online saat ini sudah merambah ke desa-desa. Perkembangannya makin pesat karena media jenis ini juga sudah banyak diakses melalui telepon seluler.

Irfan Ramli, Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) DKI Jakarta, mengaku dirinya merasa prihatin terhadap partai-partai yang membuat paket iklan tidak menggunakan medium-medium baru seperti media online alias internet. Padahal, menurutnya, parpol seharusnya berpikir ke arah sana.

Pasalnya, lanjut Irfan, hal-hal yang bersifat online merupakan tempat pemilih pemula, yaitu anak muda. Anak-anak muda Indonesia yang berumur 17 hingga 25 tahun, semuanya berselancar di internet. “Hal ini jangan dianggap enteng. Saat ini internet di desa sudah banyak sekali,” katanya tadi pagi.

Anak-anak muda saat ini, kata Irfan, sudah mengenal Facebook, Friendster, Yahoo!, dan lain sebagainya. Irfan menyayangkan belum adanya partai yang menggarap serius ke arah itu. “Setahu saya, kalau calon presiden independen, ada satu dua yang menggarap media internet. Tapi, secara partai saya tidak melihat,” tegasnya.

Selain itu, lanjut Irfan, iklan partai sejauh ini tidak diperlakukan sebagaimana produk marketing. Padahal, seharusnya partai politik memperlakukan diri mereka seperti produk marketing. Artinya, penanganannya harus benar-benar profesional. Sehingga, dengan iklan itu, nama baik benar-benar dijaga dengan konsep iklan yang mumpuni. “Saya belum melihat partai melakukannnya. Seharusnya, partai melakukannya seperti itu karena ini adalah produk yang akan dijual. Harusnya partai seperti itu berpikirnya.”

Hal ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan produk iklan partai politik di negara berkembang yang lain seperi Malaysia. “Kalau iklan yang dilakukan partai politik di negara berkembang yang lain, saya melihatnya sudah agak maju,” katanya.

Partai yang dinilainya memiliki konsep iklan yang baik hanya ada dua partai yaitu Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Menurutnya, apa yang dimaksudkan kedua partai tersebut dalam iklannya benar-benar merepresentasikan keinginan masyarakat. “Jadi mungkin mereka menggunakan research base yang sangat bagus,” katanya.

internet_users_-_digitalbattle.jpg Irfan mencontohkan iklan PKS. Terlepas persoalan pak Harto yang dibicarakan banyak orang, menurutnya masyarakat benar-benar merindukan tokoh-tokoh besar seperti Soeharto dan tokoh besar lainnya. “Menurut saya itu jitu. PKS jeli bahwa masyarakat merindukan tokoh-tokoh itu,” paparnya.

Sementara konsep iklan Gerindra, dinilai Irfan benar-benar mendapatkan inti iklan dimana masyarakat disadarkan akan pentingnya membeli produk dalam negeri. Seperti ajakan untuk membeli sayuran dan buah-buahan Indonesia. “Itu yang cukup menggugah banyak orang,” tukasnya.

Berdasarkan data AC Nielsen, Gerindra dan Partai Demokrat adalah dua partai politik yang paling agresif beriklan dalam 3-4 bulan terakhir. Rata-rata pengeluaran iklan Gerindra per bulan adalah Rp9 miliar, sementara Demokrat Rp8,5 miliar. Dibandingkan kedua partai ini, dalam empat bulan terakhir Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengeluarkan dana Rp2 miliar, PDI-P Rp1,5 miliar, dan Golkar Rp5 miliar untuk belanja iklannya.

Sebelumnya, Menkominfo Muhammad Nuh mengimbau agar media massa tetap menjaga netralitasnya dan tidak berpihak dalam masa kampanye Pemilu 2009. Hal ini untuk mencegah keberpihakan yang memunculkan kecemburuan antar partai atau masyarakat. “Di masa kampanye seperti ini, media juga jangan lupa diri sehingga hanya memihak ke salah satu atau beberapa partai saja, termasuk dalam pemberitaannya,” katanya.

Menkominfo menilai media elektronik, televisi dan cetak menjadi alat yang paling efektif mengenalkan sesuatu yang baru, apalagi partai politik di masa kampanye seperti ini. Iklan melalui media massa ini membuat masyarakat mulai mengenal beragam partai.

Menkominfo menjelaskan, media massa merupakan alat komunikasi paling efektif dalam pembelajaran politik kepada masyarakat. Pembelajaran ini juga menjadi salah satu alat bagi parpol, khususnya parpol baru yang masih perlu sosialisasi.

Menurutnya, banjirnya iklan politik di media massa belakangan ini merupakan pertanda baik karena masyarakat semakin mengenal parpol peserta Pemilu 2009. Ia berharap materi dan isi iklan politik harus sesuai dengan etika serta tidak menyinggung partai lainnya.

Source : Harian Waspada

You may also like
Politik Survei Giring Opini Pilpres Satu Putaran
Waspadai Serangan Fajar Pilpres 2009
Temui Warga Tionghoa, SBY Minta Hilangkan Politik Diskriminasi
Ramai ‘Cari Simpati’ Lewat Isu Populis

Leave a Reply