Jakarta, Kompas – Media sosial bisa menjadi sarana yang sangat efektif mengganti rezim atau pemerintahan yang korup. Namun, dalam kasus Indonesia, kampanye antikorupsi yang dilakukan lewat media sosial saat ini belum bisa menggerakkan kesadaran publik secara massal bahwa rakyat sedang menghadapi tingkat korupsi penyelenggara negara yang sangat akut.
Menurut aktivis media sosial yang juga dijuluki Bapak Blogger Indonesia, Enda Nasution, keefektifan media sosial sebagai sarana untuk mengganti rezim korup memang belum dapat diukur. Namun, menurut Enda, jika melihat kepedulian masyarakat terhadap isu kemasyarakatan yang sangat besar melalui media sosial, seperti Facebook dan Twitter, sangat mungkin hal tersebut bisa berubah menjadi gerakan sosial.
”Seberapa efektif kita belum tahu karena belum kita coba. Cuma kalau melihat kepedulian masyarakat terhadap isu sosial, sebenarnya besar sekali. Karena gabungnya sangat mudah, sangat memungkinkan bisa digerakkan. Tergantung yang menggerakkan kampanyenya, apakah mereka bisa mengemas isi dengan baik atau kemampuan menangkap imajinasi publik. Kalau ada momen yang pas, sebenarnya sangat mudah untuk bisa digerakkan,” ujar Enda dalam acara focus group discussion tentang ”Efektivitas Kampanye Antikorupsi melalui Media Audio Visual dan Sarana Multimedia” yang diselenggarakan Transparency International Indonesia di Jakarta, Selasa (12/7).
Enda mencontohkan, pergantian rezim di Mesir dan Tunisia yang kemudian diikuti gelombang unjuk rasa yang sama di beberapa negara Timur Tengah sesungguhnya menunjukkan bagaimana media sosial bisa menjadi sangat efektif mengganti rezim yang korup.
”Sangat bisa diakumulasikan untuk kampanye lebih besar, sepertinya sekarang sudah mulai mengerucut, apalagi dengan pemberitaan yang banyak soal gerakan antikorupsi. Saya melihat inisiatif dari teman-teman yang lebih muda sangat baik sekali. Ini audiens yang sangat subur untuk kebangkitan gerakan antikorupsi. Bisa dibilang teman-teman di media sosial sering kali bilang, lupakan deh yang mengubah struktur atau elite politik. Kita mulai dari yang masif dan di segmen yang lebih muda dan memang tujuan utama komunikasinya,” tutur Enda.
Program Development Advisor Transparency International Indonesia, Wandi N Tuturoong, mengakui saat ini sudah ada kesadaran bahwa korupsi di Indonesia seperti mustahil diberantas tanpa mengganti rezim yang berkuasa. ”Selama 15 tahun upaya memberantas korupsi tak banyak menunjukkan perbaikan. Banyak terjadi institusionalisasi seperti adanya KPK sampai penangkapan yang masif terhadap aktor-aktor korupsi, tetapi tak makin menurunkan korupsi di Indonesia. Bahkan cara-caranya makin canggih,” kata Wandi yang juga akrab disapa Binyo ini. (BIL)
Source : Kompas.com
Posted with WordPress for BlackBerry.