Home > Education > Political Marketing > Panglima Jangan Asyik di Gedung Mewah

Panglima Jangan Asyik di Gedung Mewah

KPA Aceh Rayeuk

“Baik.” Efendi Muhammad Ali menjawab singkat permintaan wawancara wartawan The Atjeh Post. Pria yang akrab disapa Bang Pen ini sedang menjadi buah bibir di Aceh. Maklum dia ditunjuk sebagai pelaksana tugas Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Aceh Rayeuek, jabatan yang selama ini dipegang Muharram Idris.

Setelah terucap kata setuju, Bang Pen memberi sedikit panduan menuju ke ‘markas’nya di kawasan Montasik. Aceh Rayeuek. Rupanya perjalanan menuju kediaman mantan Komandan Operasi GAM Wilayah Aceh Rayeuk dan Kota Banda Aceh di kampong Piyeueng, Montasik, bukan pula dekat.

Setengah jam menyusuri jalanan beraspal hingga bertemu dengan seorang pria bersepeda motor dengan ciri khas tersendiri. Dialah yang menjadi pemandu menuju ke bukit dengan jalanan tak beraspal. Di puncaknya ada sebuah balai. Di sinilah Bang Pen menunggu.

Dia tak sendiri. Bersamanya ada sejumlah mantan teuntra (tentara) GAM. Ada juga Abee, mantan Panglima Sagoe GAM Wilayah Aceh Rayeuek. Bernama lengkap Muchlis Abee, dia dikenal sebagai pemberani. Di atas balai sederhana wawancara The Atjeh Post dengan Bang Pen dan Abee berlangsung pada Sabtu sore 16 April 2011.

Kelihatannya tugas baru sudah menunggu, apa yang sudah dilakukan?
Selama dua minggu ini Wilayah Aceh Rayeuek sudah konsolidasi, sudah 85 persen kami bersatu lagi. Insya Allah dua pekan lagi, kami semua akan berada dalam satu barisan. Mungkin hanya beberapa petinggi saja yang jalan sendiri untuk kepentingan pribadi mereka.

Tapi menurut Muharram Idris, keputusan itu illegal?
Apapun yang dia katakan, kami memiliki satu komando. Dan itu berada di tangan KPA Pusat yang dipimpin Mualem (Muzakir Manaf). Kalau tidak patuh lagi pada keputusan pusat, jadi mau mengikuti keputusan siapa lagi. Bukankah KPA punya struktur organisasi.

Putusan komando pusat itu ada pada pendiri GAM pada 1976. GAM Aceh Rayeuk ini baru ada pada 1999. Ketika dulu disuruh berperang oleh komando pusat, semua berperang, disuruh berdamai semua mengikuti.

Tapi setelah berdamai, ketika ada keputusan komando pusat tentu aneh jika ada yang tak mengikutinya. Tentu ada kepentingan pribadi mereka di situ. Beberapa petinggi berjalan untuk kepentingannya sendiri tanpa memikirkan lagi masyarakat. Bahkan mereka tak mau mengikuti komando pusat. Mereka sudah menutup sendiri jalan pulang.

Bukankah keputusan penggantian pemimpin KPA harus dikomunikasikan dengan majelis wilayah?
Anda tahu siapa saja yang ada majelis wilayah. Kami di sini adalah bagian dari majelis wilayah itu. Apakah kami tidak dianggap sebagai majelis wilayah?

Lalu sekarang bagaimana hubungan dengan Muharram?
Ya sudahlah, yang penting dia jangan mengacak-ngacak persatuan di KPA dan Partai Aceh. Lebih baik berdiam diri saja. Dia juga harus sadar bahwa sekarang ini kita sedang berjuang memperhatikan rakyat banyak. Jangan lagi berjalan buntuk kepentingan pribadi.

Sejumlah petinggi KPA dan panglima sibuk memperkaya diri sendiri. Mereka masuk rumah gedung, kami dan rakyat masuk ke hutan.

Semuanya harus sadar, bahwa di masa perjuangan dulu rakyatlah yang membantu. Mempertaruhkan nyawa mengantar makanan. Kami tentara bawahan yang menjadi penghubung. Mereka para panglima cuma duduk-duduk merokok di gunung.

Jadi sekarang marilah sama-sama setia dan mematuhi keputusan komando pusat yang sudah berkorban dari awal dulu. Jangan mengutamakan kepentingan pribadi dan berkhianat.

Artinya, Anda akan menjalankan perintah komando?
Hari ini kami berjalan sesuai dengan amanah komando. Kami juga ingin sampaikan bahwa perjuangan Aceh ini bukan milik panglima dan milik panglima sagoe, bukan milik satu orang. Perjuangan ini milik Rakyat Aceh.

Siapa saja yang ingin membantu silahkan. Kami tak memaksa siapa pun yang tidak ingin membantu. Apakah dia panglima kami atau bukan, kami tidak memaksa. Jika mereka adalah panglima yang tak mau membantu, maka kami menganggap mereka tidak mampu bekerja lagi. Tetapi agar mereka tahu, bahwa banyak rakyat Aceh yang ingin bekerja untuk Partai Aceh, ini yang ingin kami tempuh.

Jadi peran beberapa panglima yang tak ikut komando itu bagaimana pengaruhnya?
Soal panglima bukan masalah yang cukup penting. Sebab perang itu juga bukan milik mereka. Yang berperang juga bukan panglima, tapi prajurit, panglima hanya mengatur strategi, yang berkerja prajurit dan rakyat Aceh.

Masyarakat Aceh sudah bersusah payah untuk perjuangan ini, baik itu melalui membatu logistik dan dukungan doa. Semua dilakukan untuk perjuangan Aceh. Mereka ingin menyambung perjuangan ini, tidak mungkin mereka melepaskannya.

Memang kadang ada petinggi yang sudah kaya ingin melepas perjuangan ini, ya sudahlah. Masih banyak orang Aceh yang ingin mendukung Partai Aceh.

Sebenarnya seperti apa harapan rakyat Aceh pada Panglima?
Panglima harusnya jangan mengutamakan kepentingan dirinya sendiri saja. Ini bukan untuk kepentingan pribadi, harus sesuai janji perjuangan. Dulu berjanji memperjuangkan nanggroe. Sekarang kita lihat, banyak panglima lalai. Mereka hanya memperbaiki nasibnya sendiri saja, bukan berjuang untuk nanggroe.

Tujuan kami, mulai dari perang hingga damai adalah memperbaiki nanggroe. Jadi struktur perjuangan Aceh mulai dari pusat hingga ke wilayah ada semuanya.

Sekarang kelemahannya, sebagian panglima juga memiliki struktur sendiri yang di luar komando, akhirnya tidak berjalan dengan baik. Lihat saja, ada panglima yang asyik di gedung mewah, sedang prajurit berkebun, cara seperti ini salah.

Lalu apa yang akan Anda lakukan?
Sekarang kami susun kembali, sehingga mampu merrangkul kembali mereka semua. Dalam dua hari ini akan kami rangkul semuanya, mudah-mudahan bisa selesai. Sekarang sudah 85% sudah kami rangkul kembali sisanya dalam minggu ini.

Sedangkan pada pusat komando yang dipimpin Muzakir Manaf, apa yang Anda harapkan?
Selaku orang tua kami yang sudah menggerakkan perang perlawanan mulai 1976 hingga 2005 di Aceh, kami mengharapkan butir-butir MoU harus dijalankan 100 persen, ini yang kami harap. Sebab kami menginginkan Aceh yang  lebih baik.

Selain itu, apapun yang terjadi harus ada peraturan yang tegas terhadap struktur KPA. Rakya Aceh sudah cukup lama merasa sengsara, jadi bukan pihak GAM saja yang merasa itu. Semua orang Aceh juga sengsara, ada kerjasama antara GAM dan masyarakat dalam perjuangan Aceh ini.

Buktinya pada pemilu 2009, Partai Aceh menang, ini menandakan rakyat Aceh ikut berkerjasama memperjuangkan Aceh. Jadi janganlah melupakan rakyat.

Lalu bagaimana dengan kondisi sekarang? Bukankah rakyat Aceh terluka dengan perilaku sebagian panglima di KPA?
Sebenarnya itu hanya masalah pribadi saja. Manusia ini ada kekurangan dan kelebihan. Memang dari komandan ada kesalahan juga. Tapi jelas itu masalah pribadinya, tidak bisa dikaitkan dengan perjuangan. Persoalan kepribadian pemimpin yang tak baik seperti itu bukan hanya di KPA saja, di organisasi lain juga ada. Dari partai nasional juga ada yang seperti itu.

Khusus untuk Aceh Rayeuek, kami ingin perbaiki semua. Kelemahan yang ada sekarang akan kami perbaiki dan kami ingatkan. Kami sadar, bahwa baik buruknya kelakuan kami bukan kami yang menilai, tetapi masyarakat yang melihat dan menilainya. Kami juga berharap, ulama mengambil peranan untuk mengingatkan kami.

Source : Atjehpost

Posted with WordPress for BlackBerry.

You may also like
Survei: Banyak Masyarakat Belum Tahu Pemilu 2019 Serentak
Tak Ada Ideologi Politik di Jabar
PKS di Pilgub Jabar tanpa Konsultan Politik Eep Saefullah Fatah
Polmark Ungkap Faktor Signifikan Kemenangan Anies-Sandi

Leave a Reply