(LHOKSEUMAWE) – Sejumlah partai lokal (Parlok) menantang perempuan Lhokseumawe berpolitik melalui partai. Kurangnya keterlibatan perempuan dalam pemilihan legislatif selama ini, akibat minimnya perempuan terlibat langsung dalam kancah politik melalui kepengurusan partai.
Partai Aceh Aman Sejahtera (PAAS) mengajak para kaum perempuan ikut terlibat dalam kepengurusan partai tersebut, sehingga dalam Pemilu 2009 dapat ikut dalam pemilihan legislatif. Partai Daulat Aceh (PDA) menantang para perempuan yang berpotensi untuk ikut menjadi penapung aspirasi rakyat melalui partainya. Sementara Partai Aceh (PA) kobarkan semangat perempuan lintas partai untuk bangkit. Sedangkan Partai Rakyat Aceh (PRA), dan Partai Bersatu Aceh (PBA) juga berjanji akan memperhatikan keterlibatan perempuan dalam pemilihan legislatif.
Dalam diskusi publik di Gedung Hasbi Assiddieqi, Lhokseumawe, Kamis (17/7) menghadirkan nara sumber partai lokal melalui dewan pengurusnya di Kota Lhokseumawe. Dari enam partai lokal yang lulus verifikasi KIP NAD, hanya Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) yang tidak ikut diskusi yang diselenggarakan LSM Beujroh Banda Aceh. “Partai SIRA belum sempat mempersiapkan utusannya ke sini,” jelas Nurhayati, Ketua Panitia Pelaksana diskusi publik dari LSM Beujroh.
Syahruddin Hamzah Wakil Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) PAAS Lhokseumawe dalam ulasannya menegaskan, keterlibatan perempuan harus sesuai potensinya. “Jangan sampai yang tidak mampu juga diberikan,” jelas Syahruddin, seraya menambahkan dari pengalaman sebelumnya, perempuan yang ditunjukkan dalam pengurusan sering mengundurkan diri. Sehingga timbul dilematis, di satu sisi perempuan harus dilibatkan, di sisi lain mereka sendiri belum banyak tertari dalam dunia politik.
Oleh sebab itu melalui diskusi tersebut dia mengajak perempuan-perempuan yang berpotensi untuk bergabung dalam menghadapi Pemilu legislatif 2009. “Kalau ada disini sekitar tujuh orang mari bergabung untuk berjuang,” ajaknya.
Utusan PDA Kota Lhokseumawe, Helmi Musa Kuta, dalam diskusi publik tersebut menjelaskan, pada tahun 2004 telah dikeluarkan undang-undang untuk melibatkan 30 persen perempuan. Namun kenyataannya, mereka umumnya masih berada dalam namor urut tinggi. Sehingga banyak yang tidak mampu mencapai harapan. Kendala lainnya, sebut dia, kebanyakan perempuan yang berpotensi dari PNS, sehingga mereka tidak tertarik untuk ikut dalam pemilihan wakil rakyat.
Cut Ratnawati dari PA yang merupakan satu-satunya nara sumber perempuan dalam diskusi ini, mengajak seluruh kaumnya untuk bangkit dalam Pemilu mendatang. Bahkan perjuangan perempuan kali ini dapat dilakukan lintas partai. Dia mengharapkan para perempuan antar partai sama-sama berjuang demi bangkit kembali semangat yang pernah dikobarkan Cut Nyak Dhien dan Cut Mutia pada masa lalu.
T. Masrulsyah Wakil PRA yang masih berusia muda dan Jailani Usman, SH dari PBA, dalam pembahasannya juga membahas hal serupa. Intinya mereka mengajak para perempuan untuk bergabung sama-sama bangkit dalam Pemilu legislatif 2009 yang dilakukan secara nasional.(b12/b17)
Source : Harian Waspada