Jakarta, Kompas – Berbagai partai politik Islam disarankan berani keluar dari pasar utama (captive market)-nya jika ingin mencapai target menjadi parpol dengan perolehan suara besar. Salah satu caranya adalah dengan mencoba merambah konstituen baru, yang selama ini bernaung di bawah rumah-rumah parpol ber-platform lain seperti nasionalis.
Hal itu disampaikan dalam siaran pers hasil survei nasional Lembaga Survei Indonesia (LSI), Kamis (25/9), bertema Kekuatan Elektoral Partai-partai Islam Menjelang Pemilu 2009.
”Jika upaya keluar dari captive market itu tidak dilakukan dan hanya terus bertumpu pada melulu mengeksploitasi sentimen keagamaan, parpol-parpol Islam hanya akan tetap menjadi parpol yang cukupan,” ujar peneliti senior Dodi Ambardi.
Namun, status parpol dengan perolehan suara pas-pasan seperti itu justru kemudian menjerumuskan partai Islam untuk saling meng-”kanibal” satu sama lain. Kondisi itu diyakini LSI terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang jumlah dukungan suaranya terus meningkat dalam setiap pemilu.
Hal itu lantaran PKS menarik para pemilih Muslim yang selama ini memilih parpol Islam lainnya. Dengan kata lain, peningkatan perolehan suara PKS telah menggerogoti parpol Islam lainnya.
Survei yang dilakukan LSI kali ini, sepanjang 8-20 September 2008, juga digelar untuk mencari tahu apakah kecenderungan penurunan perolehan suara tadi juga akan terjadi pada Pemilu 2009.
Sampel pemilih Muslim yang diambil sebanyak 1.239 orang dari Sabang sampai Merauke, dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Dalam salah satu temuannya, 60 persen responden memilih parpol non-Islam jika pemilu legislatif dilakukan sekarang, sementara mereka yang memilih parpol Islam hanya 16,6 persen.
Menurut Dodi, masyarakat pemilih Muslim di Indonesia saat ini sudah jauh lebih cerdas dan cenderung memilih parpol dengan kompetensi dan program kerja yang bagus terkait aspek sosial-ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. (DWA)
Source : kompas.com, 26 September 2008