JAKARTA, KOMPAS — Penurunan partisipasi pemilih dalam setiap pemilihan umum dianggap wajar karena terjadi juga di banyak negara maju. Meski demikian, partai politik tetap harus berbenah diri agar sesuai dengan kehendak rakyat.”Saya tidak terlalu cemas dengan gejala itu (penurunan partisipasi pemilih) karena terjadi di banyak negara, terutama negara maju,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Nurul Arifin, di Jakarta, Jumat (26/7/2013).
Menurut Nurul, banyak pilihan bagi warga saat ini untuk menyampaikan aspirasi politiknya. Salah satunya dengan membentuk kelompok penekan. Kelompok penekan ini menyuarakan aspirasi mereka di luar parlemen. Mereka juga mengontrol kinerja pemerintah dan parpol di parlemen.
Meskipun tidak terlalu cemas dengan turunnya partisipasi dalam pemilu, gejala ini harus menjadi cambuk bagi parpol untuk berbenah. Dalam rangka pembenahan itu, Partai Golkar berupaya menarik minat pemilih dengan menawarkan program beserta tokoh yang mampu menjawab harapan masyarakat.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi sependapat jika parpol harus berbenah. Menurut dia, salah satu penyebab turunnya tingkat partisipasi adalah ketidakpercayaan kepada parpol dan sistem politik.
”Itulah yang membuat masyarakat apatis dan memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya,” ujarnya.
Hal lain yang harus dilakukan parpol di tengah apatisme adalah meningkatkan frekuensi dan kualitas pendidikan politik rakyat dengan kegiatan yang dapat menstimulasi kesadaran politik. PAN juga menugaskan para calon anggota legislatif melakukan sosialisasi mengenai pentingnya pemilu.
Pemilih potensial
Ketua DPP PDI-P Maruarar Sirait mengakui, pemilih muda di bawah usia 30 tahun memang potensial dalam Pemilu 2014. Hasil pemetaan internal PDI-P, jumlahnya mencapai 42 persen dari total pemilih. Ironisnya, pemilih muda itu sebagian besar apolitis dan hanya sekitar 15 persen yang dekat dengan parpol.
Dengan kondisi itu, menurut Maruarar, strategi PDI-P untuk menggaet hati pemilih muda adalah dengan menghadirkan calon legislatif dan eksekutif dari kalangan muda, serta memiliki integritas.
”Dari kajian internal, pemilih muda lebih senang pada calon muda yang punya integritas, memiliki kapasitas yang mencukupi, dan dipandang bersih. PDI-P berupaya menjawab harapan pemilih muda itu dengan menyodorkan calon-calon legislatif dari kalangan muda. Tidak hanya itu, dalam pilkada-pilkada, kami juga sudah maju dengan calon-calon muda,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang mengatakan, jika ingin menarik simpati pemilih, khususnya pemilih muda, parpol harus bisa meyakinkan hadirnya perubahan.
Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) M Afifuddin mengatakan, sosialisasi juga sangat dibutuhkan untuk pemilih di daerah yang sulit dijangkau atau terkucil. (NTA/WHY/OSA/ATO)
Source : Kompas.com
Posted with WordPress for BlackBerry.