* Andi Nurpati: Semuanya belum Final
BANDA ACEH – Provinsi Aceh kemarin menjadi lokasi simulasi pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2009. Kegiatan itu dilaksanakan di Desa Lambung, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Simulasi dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 17.00 WIB dengan melibatkan 350 pemilih. Terdiri atas pemilih pemula, orang tua, wanita, dan sekitar 20 penyandang cacat. Sebelumnya, simulasi yang sama dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Sidoarjo (Jawa Timur) dan Keerom (Papua). Informasi yang diperoleh Serambi, pada acara simulasi di Aceh kemarin masih ditemukan sejumlah kesalahan dan keluhan dari masyarakat pemilih. Misalnya, ada pemilih yang menandai (mencontreng) dua kali. Dalam artian, setelah menandai lambang partai juga ada yang menandai kolom nama caleg. Otomatis suara tersebut tidak sah.
Selain itu, ditemukan juga ada pemilih yang mencoblos, di samping ada pula yang abstain (golput). Bagi para penyandang cacat netra, berdasarkan informasi yang diperoleh Serambi, mereka mengeluh dan merasa tidak percaya dengan surat suara, sehingga desain surat suara diminta agar diganti. Beberapa temuan lainnya, sebagian pemilih mengeluhkan kecilnya bilik suara dibandingkan ukuran kertas suara yang ukurannya hampir sebesar kertas koran. Oleh karena itu, ada pemilih yang tidak membuka lipatan surat suara dan langsung melipat kembali sebelum memasukkan ke kota suara.
Di samping itu, juga ditemukan ada keluhan pemilih yang menyebutkan bahwa kertas surat suara terlalu banyak, mencapai empat lembar dalam ukuran yang besar, sehingga terlalu merepotkan.
Sebagaimana diketahui, pada Pemilu 2009 pemilih akan mendapatkan empat surat suara, yakni untuk caleg DPR RI, DPRA, DPRK, dan DPD. Wakil Ketua KIP Ilham Syahputra yang dikonfirmasi Serambi tadi malam mengatakan, hasil simulasi kemarin secara umum berjalan baik. “Hasilnya lumayan,” katanya singkat.
Ilham mengaku tidak bisa memberi komentar banyak mengenai hasil simulasi tersebut, karena saat dikonfirmasi pukul 21.30 WIB masih mengikuti rapat dengan pihak KPU Pusat di Kantor KIP Aceh. Sebelumnya, kepada wartawan, anggota KPU, Andi Nurpati, mengatakan simulasi itu dibuat untuk mengetahui sejauh mana efektivitas waktu dan tingkat kesalahan pemilih ketika mereka menyalurkan hak suaranya lewat surat suara yang sudah didesain KPU, khususnya untuk Aceh.
Karena, khusus untuk Aceh, desain surat suara berbeda dengan daerah lain. Selain diikuti 38 partai berbasis nasional, di Aceh juga terdapat enam partai politik lokal (parlok). Sehingga, jumlah partai dalam surat suara yang disimulasikan mencapai 44 partai. “Karena itu, kita coba lihat sejauh mana tingkat kesulitan pemilih dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk satu orang. Dari sini nanti kita bisa mengevaluasi kembali,” katanya.
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Escape Building Tsunami, Desa Lambung tersebut turut dihadiri Ketua KPU Hafiz Anshary, anggota KPU Endang Sulastri dan Andi Nurpati, Ketua Bawaslu, Nur Hidayat Sardini, dari unsur Setwapres, Shinta Weni, Partnership/Kemitraan, dan Ketua KIP Aceh, Abdul Salam Poroh bersama sejumlah anggota KIP Aceh.
Menurut Andi Nurpati, pada simulasi kemarin digunakan dua alat, yakni pulpen dan spidol. Sedangkan di Papua dan Jawa Timur, simulasi pemungutan suara dan penghitungan suara hanya menggunakan pulpen.
Menurut Andi, pihaknya hingga kemarin belum melakukan finalisasi surat suara untuk Aceh yang nantinya akan digunakan saat pemilu. “Kita masih harus menunggu hasil dari dari simulasi dulu, setelah itu baru bisa kita ambil keputusan,” katanya. Dia sebutkan, KPU baru memutuskan satu hal berkaitan dengan desain surat suara. Yakni, bentuk surat suara yang digunakan pada Pemilu 2009 berada dalam posisi vertikal atau memanjang ke bawah, seperti yang digunakan saat simulasi. Hal, ini kata Andi, untuk menyesuaikan dengan besarnya bilik suara yang digunakan saat pemilu.
Dengan simulasi itu, katanya, diharapkan mampu memberikan masukan dan informasi terhadap KPU tentang kesiapan masyarakat dalam memberikan hak suaranya. KPU berharap memperoleh masukan yang optimal untuk memantapkan finalisasi peraturan KPU mengenai tata cara pemungutan suara. Hal-hal yang ingin digali dalam simulasi tersebut, antara lain, lama waktu yang dibutuhkan pemilih di TPS. Kemudian terkait jumlah pemilih tiap TPS. Dia sebutkan, dua simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya di Jawa Timur dan Papua masing-masing diikuti 500 dan 235 pemilih. Sedangkan di Aceh 350 pemilih.
Ketua Pokja Pencalonan KIP Aceh, Yarwin Adi Dharma kepada Serambi mengatakan, penghitungan surat suara dalam simulasi di Aceh itu hanya dilakukan terhadap dua surat suara, yakni untuk pemilihan DPR RI dan DPRA. “Kalau DPD sudah dialakukan di Papua dan Jwa Timur,” katanya.
Dia sebutkan, berbeda halnya dengan Papua dan Jawa Timur, dengan asumsi rata-rata tiap pemilih butuh waktu lima menit, untuk Aceh kemungkinan besar akan lebih waktunya. Sebab, di Aceh terdapat 44 partai. “Nah, inilah yang ingin kita ketahui, karena di Aceh juga ada partai politik lokal,” ujar pria kelahiran Singkil ini. (sar)
Source : Serambi Indonesia, 14 Oktober 2008