JAKARTA–MI: Tantangan partai Islam menghadapi Pemilu 2009 makin berat. Hal ini karena orientasi ideologi dan kultur umat Islam Indonesia terus mengalami perubahan. Kondisi ini ditambah semakin banyaknya jumlah partai.
Pandangan ini disampaikan peneliti politik LIPI Lili Romly dalam diskusi yang digelar Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) di Jakarta, Rabu (23/7). “Apa lagi sistem pemilu saat ini berat sekali untuk partai baru, termasuk PKNU. Tidak akan ada lagi istilah ‘partai pemulung’, karena sisa suara yang tak cukup 50% di daerah pemilihan harus ditarik ke provinsi,” katanya.
Menurut Romly, perubahan orientasi ideologi terlihat, meski tingkat ibadah umat Islam makin belum tentu ia memilih partai Islam. “Tadinya ideologinya Islam, ia berubah. Banyak massa Islam direbut oleh partai-partai nasionalis atau partai tengah. Namun sedikit massa partai nasionalis yang beralih ke partai Islam,” ungkapnya.
Kondisinya semakin berat, ulas Romly, karena partai Islam dan yang berbasis massa Islam bertambah dari enam menjadi delapan. Bila sebelumnya ada PPP, PKB, PAN, PKS, PBB dan PBR, kini ditambah PKNU dan Partai Matahari Bangsa (PMB).
“Sementara ceruknya tetap sama. Akibatnya sesama partai Islam bisa jadi predator, pemangsa, karena memperebutkan basis yang sama. Kalau PKNU naik, PKB berkorban. Kecuali partai Islam mengambil massa partai nasionalis,” jelasnya.
Di samping itu, lanjut Romly, untuk PKNU, PKB dan PBB yang selama ini mendekati massa NU melalui kiyai, juga akan lebih sulit. “Hubungan antara kiyai dan santri mulai luntur. Dulu tanpa reserve atau taqlid, sekarang ada pembangkangan. Ini yang harus diatasi,” ujar dia.
Namun, lanjut Romly, meski berat partai baru tetap berpeluang meraup dukungan. “Sistem pemilu proposional memberi peluang yang sama kepada partai untuk memperoleh kursi termasuk partai baru. Tidak ada pemenang yang mengambil suara yang kalah,” imbuh Romli.
Menurutnya, partai seharusnya sudah bisa membaca sistem proposional yang di Indonesia diimplementasikan dengan daerah pemilihan (dapil). “Seharusnya dapil sudah dibaca, kekuatan dan kelemahan. dimana hutan rimba yang harus dibersihkan? Kalau memang Jawa, misalnya, harus dipetakan,” imbuhnya. (Hrm/OL-06)
Source : Media Indonesia