Beberapa hari menjelang pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, persaingan di antara lima pasangan calon semakin mengarah pada ketatnya dukungan untuk dua calon kepala daerah, yaitu pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf dan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono. Meskipun demikian, pergeseran dukungan itu masih berpeluang terjadi sampai hari pencoblosan, 23 Juli nanti.
Hasil empat kali jajak pendapat Litbang Kompas menunjukkan, peta kekuatan dukungan terhadap kandidat Gubernur-Wagub Jatim semakin jelas. Setidaknya, hasil jajak pendapat menyebutkan, tiga pasangan calon yang mendapat dukungan paling banyak dari responden adalah pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) yang diusung koalisi Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga didukung Partai Keadilan Sejahtera (PKS); pasangan Khofifah-Mudjiono (Kaji) yang diusung Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Patriot Pancasila, dan 10 partai nonparlemen lainnya; serta pasangan Soenarjo-Ali Maschan Moesa (Salam) yang diusung Partai Golkar.
Dua calon kepala daerah lainnya, pasangan Sutjipto-Ridwan Hisjam (SR) yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan pasangan Achmady-Suhartono (Achsan) yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tetap berpeluang membuat kejutan. Dukungan PDI-P dan PKB yang notabene partai besar dan juga pemenang pertama dan kedua Pemilu 2004 di Jatim, diakui atau tidak, akan menjadi modal besar bagi pasangan SR dan Achsan.
Pada jajak pendapat pertama akhir Maret lalu, pasangan Salam meraih 46,9 persen, disusul pasangan Karsa 37,5 persen, dan pasangan SR dengan 15,6 persen. Saat jajak pendapat pertama digelar, bursa pasangan calon dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jatim masih diwarnai ketiga pasangan ini. Namun, pada jajak pendapat kedua, ada tambahan dua pasangan calon, yakni pasangan Kaji dan pasangan Achsan.
Jajak pendapat kedua, yang digelar sebulan sejak jajak pendapat pertama, menunjukkan pasangan Salam masih berada di urutan pertama meskipun persentasenya menurun menjadi 32,8 persen. Salam dibayangi pasangan Karsa dengan 32,6 persen. Kehadiran pasangan Kaji cukup mengejutkan. Meskipun baru dideklarasikan 22 April lalu, pasangan ini berada di atas pasangan SR.
Peta dukungan kembali berubah pada jajak pendapat ketiga, yang digelar dua minggu sebelum pilkada digelar. Pasangan Karsa, yang berada di urutan kedua dalam dua kali jajak pendapat sebelumnya, di jajak pendapat ketiga menggeser posisi Salam dengan angka 32,5 persen. Meskipun demikian, pasangan Karsa dibayang-bayangi oleh kian menguatnya dukungan untuk pasangan Kaji yang menyusul di urutan kedua dengan 26,4 persen responden.
Sembilan hari menjelang pelaksanaan pilkada, dukungan untuk Kaji terus meningkat dan kian meninggalkan pesaing terdekatnya, pasangan Salam. Kalau sebelumnya hanya berbeda tipis (kurang dari 1 persen), selisihnya menjadi semakin jauh. Kaji 28,1 persen dan Salam 21,6 persen.
Pasangan Karsa masih bertengger di posisi paling atas dengan 33,3 persen. Namun, jika eskalasi dukungan untuk pasangan Kaji terus meningkat sampai menjelang hari pencoblosan, bukan tidak mungkin akan mengimbangi Karsa dengan selisih tipis.
Wilayah pertarungan
Hasil jajak pendapat Pilkada Jatim ini juga menyajikan sebuah cerminan perebutan kekuatan yang riil. Ada pasangan yang cenderung mengalami penurunan dukungan di beberapa wilayah dan ada yang ekspansif melebarkan pengaruhnya di wilayah pesaingnya.
Pasangan Kaji dan Karsa diperkirakan bersaing ketat di wilayah Arek, yang meliputi Surabaya, Malang, Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, hingga Jombang. Pada awal Juli, berdasarkan jajak pendapat Litbang Kompas, pasangan Kaji sempat melejit menguasai dukungan terbesar (31,2 persen) responden di wilayah ini setelah sebelumnya berada di posisi ketiga di bawah Salam dan Karsa. Namun, pada pertengahan bulan Juli terjadi persaingan cukup ketat setelah Karsa merebut kembali posisinya dengan 32,2 persen dukungan responden.
Kondisi politik yang dinamis juga tercermin di wilayah Mataraman Pesisir, Pandalungan, dan Madura. Di Mataraman Pesisir, yang meliputi Tuban, Bojonegoro, dan Lamongan, diperkirakan terjadi perebutan dukungan antara pasangan Karsa dan Kaji.
Hasil jajak pendapat menunjukkan, di wilayah ini Karsa diperkirakan mendapat 34 persen suara dan Kaji 32 persen. Kedua pasangan ini juga bersaing ketat di wilayah Pandalungan, yang membentang dari Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, hingga Situbondo. Bahkan, perolehan Kaji naik tajam, dari 20 persen menjadi 46,7 persen dalam waktu kurang dari dua bulan.
Di wilayah Madura, meski di sini dukungan terhadap Karsa tetap paling tinggi, pengaruh Kaji kian terasa. Dukungan terhadapnya naik dari 10,4 persen (Mei 2008) menjadi 37,1 persen (15 Juli 2008).
Satu-satunya wilayah yang cenderung tidak mengalami dinamika perubahan dukungan hanya wilayah Mataraman Daratan. Di wilayah yang meliputi daerah Ngawi, Nganjuk, Magetan, Kediri, Madiun, Trenggalek, Pacitan, Blitar, Ponorogo, dan Tulungagung ini dukungan terbesar diberikan kepada Salam.
Naik turunnya dukungan yang diraih lima pasangan calon ini menjadi potret terjadi pertarungan popularitas di antara calon dibandingkan dengan pertarungan antarkinerja mesin partai. Jajak pendapat juga memperlihatkan lemahnya soliditas partai dalam mendukung pasangan calon yang diajukan, yang dipilihnya pada pemilu sebelumnya.
Dukungan paling solid berasal dari pemilih PKS (57,5 persen) dan PAN (50 persen) untuk pasangan Karsa. Untuk Kaji, dukungan dari pemilih PPP berkisar 56,3 persen. Pasangan itu juga mendapat dukungan terbesar dari massa PKB, sekitar 38,8 persen. Pasangan Salam mendapat dukungan sekitar 40,2 persen dari massa Partai Golkar dan pasangan SR didukung 35,6 persen massa PDI-P.
Pengalaman di beberapa pilkada di Jatim menyebutkan kinerja mesin parpol tidak selalu menjamin konstituennya memilih pasangan calon yang diusungnya di pilkada. Ini terlihat di beberapa daerah pilkada di Jatim yang justru mencatat kemenangan pasangan calon dari parpol yang tidak dominan.
Di Banyuwangi, pasangan Ratna Ani Lestari-Yusuf Nuris yang diusung koalisi 18 parpol nonparlemen akhirnya menang dengan 39,3 persen suara. Di Bojonegoro, pasangan Suyoto-Setyo Hartono yang didukung PAN, PPP, dan Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) meraih kemenangan dengan 38,45 persen suara. Hal yang sama terjadi di Pilkada Pamekasan, pasangan Khalilurrohman-Kadarisman yang diusung koalisi 12 parpol menang dengan 49,5 persen suara. Ketiga pemenang pilkada di tiga daerah itu sebelumnya kurang diunggulkan karena tidak diusung parpol dominan. (Litbang Kompas)
Source : kompas.com