Home > Education > Political Marketing > Pidato SBY Bagian Politik Pencitraan

Pidato SBY Bagian Politik Pencitraan

SURABAYA, KOMPAS – Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa istri dan anak-anaknya tidak maju pada Pemilihan Umum Presiden 2014 ditanggapi beragam.

Anggota staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, Hotman M Siahaan, mengatakan, pernyataan Yudhoyono kemungkinan hanya politik pencitraan bahwa dia tidak menganut politik dinastik dan menggunakan kekuasaan untuk keluarganya dalam pemilu presiden.

”Jangan-jangan nanti, kalau sudah ada kebulatan tekad menjagokan istrinya, dia bilang tidak bisa mencegah kehendak rakyat sehingga akhirnya menyetujui juga,” kata Hotman di Surabaya, Jumat (10/6).

Hotman meragukan bahwa Yudhoyono tak mengembangkan politik dinastik. Hal itu terlihat dari pengangkatan anaknya, Edhie Baskoro Yudhoyono, menjadi Sekretaris Jenderal Partai Demokrat. Selain itu, politik dinastik juga tidak bisa dilihat hanya dalam hubungan batih (anak dan istri), tetapi harus dilihat dalam kekerabatan yang lebih luas. ”Memang mungkin tidak menyiapkan istri dan anaknya, tetapi dia kan juga bisa menyiapkan iparnya,” kata Hotman.

Sementara pakar hukum tata negara, Fajrul Falaakh, mengatakan, pernyataan Yudhoyono itu terkait dengan banyaknya sorotan dan kritik yang diarahkan kepada pemerintah dan Partai Demokrat. ”Pemerintah dan Partai Demokrat jadi sorotan, hulunya ke SBY. Mungkin saja dalam persepsi SBY, arah sorotan pada dasarnya kritik untuk mendiskreditkan dia,” kata Fajrul.

Pernyataan itu juga cara halus Yudhoyono untuk menolak kritik-kritik yang ada dan dengan logika melambung. ”Ini cara dia untuk menanggapi sorotan masyarakat kepada pemerintah dan Partai Demokrat. Menurut dia, kritik sudah mengarah ke pribadinya, seperti SMS yang sangat personal beberapa waktu lalu. Maka, dia meresponsnya sebagai pribadi. Mungkin kritik yang ada sangat membekas pada perasaannya,” kata Fajrul.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Laode Ida menilai pernyataan itu merupakan pernyataan bersayap hingga harus dilihat sebagai pernyataan hari ini. Apalagi, calon presiden dari Partai Demokrat ditentukan majelis tinggi partai, bukan Yudhoyono yang juga Ketua Dewan Pembina dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.

”Jika kelak ada survei yang menyatakan, ada anggota keluarga Yudhoyono yang berpotensi besar di Pilpres 2014, Yudhoyono dapat berkilah itu bukan keinginannya. Dia juga dapat mengatakan tidak dapat menghalangi karena itu hak anggota keluarganya sebagai warga negara dan rakyat menginginkannya,” kata Laode.

Sementara itu Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso menyebutkan, Pilpres 2014 masih tiga tahun lagi dan berbagai perkembangan masih mungkin terjadi.

Meski demikian, Partai Golkar menghormati pernyataan Yudhoyono itu. Pernyataan itu diharapkan diikuti para kepala daerah dengan tidak menyiapkan anggota keluarganya untuk menjadi kepala daerah.

Yang harus diperhatikan, dalam politik, kadang apa yang diucapkan belum tentu sesuai dengan apa yang dimaksudkan.

”Ingat juga, di Indonesia Young Leaders Forum 2011, Yudhoyono mengatakan, semuanya terserah kepada rakyat melalui mekanisme demokrasi. Jadi, kalimat bahwa dia tidak menyiapkan siapa pun di Pilpres 2014 amat bersayap,” kata Wakil Bendahara Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo.
(ano/fer/lok/iam/nwo)

Source : Kompas.com

Posted with WordPress for BlackBerry.

You may also like
Pemilu Turki, Pengamat: Partai atau Caleg yang Bagi-bagi Sembako dan Politik Uang Tak Dipilih Rakyat
Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan Sederet Opsi Penentu Kemenangan Pilpres
Jajak Pendapat Litbang “Kompas” : Pemilih Muda Lebih Kritis Memandang Kinerja Parlemen
Muhaimin Iskandar dan Jejak Lihai Sang Penantang Politik

Leave a Reply