Home > Education > Political Marketing > Pilkada jatim: Pandangan Politik “Nahdliyin” Mulai Berubah

Pilkada jatim: Pandangan Politik “Nahdliyin” Mulai Berubah

Surabaya, Kompas – Keberhasilan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono atau Kaji yang diprediksi akan mengikuti putaran kedua Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Jawa Timur menunjukkan sebagian besar kaum nahdliyin, atau warga Nahdlatul Ulama, tidak lagi mempersoalkan jender dalam kepemimpinan politik. Perubahan pandangan ini bahkan mulai terjadi di kalangan kiai dan ulama.

”Kalaupun masih ada pihak yang mau memunculkan isu jender lagi, baik dalam putaran kedua Pilkada Jatim atau bahkan dalam konteks Pemilu 2009, dipastikan tidak banyak lagi pihak yang mau menanggapi,” ujar peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Endang Turmudi, Rabu (23/7) di Surabaya, Jatim.

Dari prediksi Litbang Kompas dan sejumlah lembaga survei, dalam pemungutan suara Pilkada Jatim yang dilakukan Rabu, pasangan Kaji dan Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) diperkirakan akan masuk putaran kedua. Sebab, keduanya adalah pasangan dengan raihan suara terbanyak, tetapi masih di bawah 30 persen dari suara yang sah.

Endang menuturkan, jika sekarang masih ada pihak yang mempersoalkan isu kepemimpinan perempuan, itu hanya terjadi dalam konteks yang terbatas dan tidak signifikan.

Catatan Kompas, dalam pemilihan presiden 2004, isu kepemimpinan perempuan sangat merepotkan Megawati Soekarnoputri meski dia berpasangan dengan Ketua Umum Pengurus Besar NU KH Hasyim Muzadi.

Pengamat politik Fachry Ali menambahkan, perubahan sikap terhadap kepemimpinan perempuan dalam politik ini tidak hanya dipicu oleh semakin cerdas dan tingginya kesadaran politik kaum nahdliyin, tetapi juga dipicu kegagalan partai politik yang selama ini menjadi kendaraan mayoritas kaum nahdliyin, dalam hal ini Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), untuk melakukan religiusitas politik. Kondisi itu diperparah oleh seringnya konflik yang terjadi dalam parpol itu.

Berbagai kondisi tersebut, lanjut Fachry, membuat kaum nahdliyin mulai melihat agama dan politik sebagai dua hal yang berjarak.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai, kemungkinan kegagalan calon PKB pada Pilkada Jatim adalah tanda paling jelas mulai pudarnya pamor PKB dan KH Abdurrahman Wahid di Jatim. (nwo/dwa)

Source : kompas.com

You may also like
Pilkada Ulang 21 Januari
Pilkada Ulang Bulan Ini: Pemungutan Suara di 2 Kabupaten
Menimbang Peluang di Putaran Kedua
Unjuk Pamor di Pandalungan dan Madura

Leave a Reply