Jakarta, Kompas – Besarnya porsi bakal calon anggota legislatif yang berasal dari luar partai menunjukkan gagalnya kaderisasi partai politik. Kegagalan kaderisasi itu akan berimbas buruknya kaderisasi calon pemimpin bangsa dan pejabat publik, baik di lembaga eksekutif maupun legislatif.
Dosen ilmu politik Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago, mengatakan hal itu di Jakarta, Senin (18/8). Ia menyatakan, kegagalan kaderisasi parpol akibat partai masih mengandalkan figur pimpinan partai untuk menjaring dukungan pemilih.
Selain itu, pada sejumlah partai lama, pimpinan partai masih terbawa pola pikir lama dalam menjaga kelanggengan partai dan tidak mengantisipasi dinamika sosial yang cepat.
”Pimpinan partai lupa membangun dan memperkuat basis partai. Pimpinan partai terlalu sibuk dengan hal-hal elitis, melakukan lobi politik, serta menikmati kekuasaan,” katanya.
Menurut Andrinof, partai masih menjadi alat mobilisasi vertikal bagi elitenya. Pimpinan parpol jarang yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk memperkuat organisasi.
Hal senada diungkapkan dosen ilmu politik Universitas Airlangga, Surabaya, Haryadi. Kegagalan kaderisasi parpol disebabkan partai politik terjebak dalam pragmatisme sempit dan tidak memikirkan kebutuhan partai dalam jangka panjang. Parpol hanya menjadi alat survival sesaat menjelang pemilu.
”Alih-alih memikirkan nasib bangsa, parpol hanya menjadi alat ekonomi sesaat elitenya. Parpol belum menjadi instrumen untuk membangun peradaban politik melalui kekuasaan,” katanya.
Untuk memperbaiki sistem kaderisasi, kata Haryadi, partai perlu menata ulang visinya ke depan dan merekonstruksi kembali perannya dalam tatanan kehidupan berbangsa. Parpol juga perlu menjembatani idealisme parpol pada masa lalu, pragmatisme parpol pada masa kini, dan cita-cita ke depan yang diinginkan.
Tak dilupakan
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Amanat Nasional (PAN) Totok Daryanto membantah bahwa masuknya kader dari luar partai adalah untuk mengeliminasi kader partai. Apalagi, jika kader dari luar partai itu selama ini sudah sering membantu partai dan sering mengikuti kegiatan partai. ”Kader dari luar partai itu untuk menampung aspirasi masyarakat yang belum terjangkau jaringan partai,” ujarnya.
PAN, lanjutnya, tetap punya perhatian besar terhadap kader internal. Jumlah kader internal masih jauh lebih besar ketimbang kader dari luar partai.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring mengatakan, PKS tetap memerhatikan kader internal partai. Apalagi, proses pemilihannya pun melibatkan semua kader partai melalui pemilihan raya PKS.
”Negara ini masih dirongrong orang yang bermental Orde Baru sehingga sering kali PKS dituduh mulai tidak peduli kader. Dulu PKS difitnah macam-macam, dituduh taliban, wahabi, dan sebagainya,” ujarnya. Namun, kalau partai bekerja keras, masyarakat akan memberikan penilaian sendiri. (MZW/MAM)
Source : kompas.com