Home > Education > Political Marketing > Politik Maya Ancam Integritas Demokrasi Bangsa

Politik Maya Ancam Integritas Demokrasi Bangsa

JAKARTA–MI: Fenomena politik maya menjamur di Indonesia, banyak partai politik menawarkan diri mengatasi masalah bangsa sedangkan kinerja dan rekam jejak mereka belum ada. Ini dinilai akan mencederai demokrasi bangsa, karena cenderung membodohi rakyat.

Demikianlah kata Pakar Politik UI Arbi Sanit di Hotel Cebtury Park Senayan Jakarta, Senin (22/12). “Rakyat tidak bisa menilai dan melakukan perbandingan dan hanya didoktrin melalui iklan. Ini adalah pelecehan terhadap hak politik rakyat,” ujar Arbi.

Parpol hanya menjual barang kosong, kata Arbi, tidak ada realita kinerja sudah berani menawarkan diri sanggup mengatasi masalah bangsa. “Ini lebih serius dari masalah iklan, masyarakat hanya dicekoki oleh beberapa platform semu yang belum terbukti kinerjanya,” tukas Arbi.

Kata Arbi, ini harus dibedakan dengan kemunculan Barrack Obama. Menurutnya, Obama berani maju karena sudah mempunyai basis di Chicago dan kinerjanya sudah terekam dengan baik. “Iklan hanya digunakan Obama sebagai media, ia tidak menawarkan barang kosong,” tegasnya.

Fenomena politik maya tersebut mirip dengan konsep ekonomi maya yang telah menghancurkan dan menimbulkan krisis ekonomi global. Dan tidak menutup kemungkinan efek yang ditimbulkan juga sama. “Ini karena mereka menjual berulang kali barang yang tidak ada,” tutur Arbi.

Seharusnya, ujar Arbi, parpol mengedepankan kewajiban bukan hanya hak. Parpol tidak pernah memikirkan apakah mereka mempunyai mesin partai atau organisasi sayap dan induk yang bisa digunakan untuk masuk kedalam struktur masyarakat, serta figur yang bisa menjadi panutan masyarakat.

Oleh karena itu, Arbi menghimbau masyarakat agar selektif dalam menentukan pilihan dalam pemilu nanti, partai yang belum punya rekam jejak tidak bisa dinilai bagus hanya karena iklannya.

Sementara itu, Ketua DPP Golkar Marzuki Darusman memaparkan politik maya mirip dengan layar tancap. “Sebuah proyektor film tentu memerlukan layar untuk menampilkan gambar, jika layar ini tidak ada jadilah itu fenomena Golput,” kelakarya.

Dikatakannya, masyarakat adalah layar itu, maka berbahagialah rakyat karena punya hak memilih. “Oleh karena itu, rakyat harus menjaga dan jangan menodai amanah tersebut hanya karena terpesona oleh iklan,” tandas lelaki yang biasa dipanggil Kiki ini. (*/OL-03)

Source : Media Indonesia

You may also like
Iklan Kampanye Berlagu Mi Instan Dikritik
Pengamat: Iklan Saling Serang Itu Perlu!
Pengamat: Iklan PD vs PDIP Bongkar Gudang
Demokrat Bantah Eksploitasi Anak

Leave a Reply