Banda Aceh | Harian Aceh-Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA) dengan Partai Aceh (PA) sama-sama muncul dari organisasi pergerakan sejak masa konflik. Namun, pada Pemilu 2009 mereka akan tetap bersaing dalam merebut kursi legislatif. PA akan posisikan SIRA seperti Parlok dan Parnas lainnya.
“Posisi mereka tetap saingan bagi kita, sama seperti Parlok dan Parnas lainnya. Mereka bukan lagi SIRA yang kita besarkan dulu,” tutur Adnan Beransyah, juru bicara Partai Aceh kepada Harian Aceh, kemarin.
Namun demikian, aktivis PA akan menghormati aktivis di SIRA yang memilih berpartai, biarpun pada Pemilu nanti harus berpas-pasan sebagai lawan politik. “Kami tetap menghormatinya dan menghargai keputusannya,” lanjut dia.
Sementara Muhammad MTA, ketua Bidang Internal Partai SIRA, Jumat (11/7), menilai wajar dengan perbedaan pendapat, termasuk masalah saingan dalam berpartai, seperti dialami Partai SIRA dan PA.
“Jika ada orang-orang tertentu mengatakan SIRA telah keluar jalur perjuangan, itu hak dia. Dalam pemahaman Islam saja ada empat mazhab, tetapi antara mashab tersebut tidak mengatakan bertentangan dengan agama. Bahkan Imam Maliki saja salut kepada Imam Syafi’i yang notabene murid dia sendiri,” tutur MTA.
Disebutkannya, proses berdirinya SIRA sudah melalui berbagai kajian mendalam yang objektif dan rasionali (logis), serta bukan didasari dendam apapun, melainkan sebuah kebutuhan politik untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Aceh.
“Sekarang bagaimana cara kita bersatu untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat Aceh. Kita harus menghindari pemahaman-pemahaman yang salah selama ini terhadap substansi perjuangan. Jika kita sepaham dalam hak-hak rakyat dan terpilih, maka kita ketemu di sana nantinya,” tuturnya.
Source : Harian Aceh