Dosen Jurusan Antrpologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Irwan Abdullah mengungkapkan bahwa Aceh mengalami permasalahan identitas, Jumat (17/10/14).
“Identitas keagamaan orang Aceh kuat sekali, tapi sudah mulai bergeser,” katanya pada seminar pendidikan Islam yang bertemakan Dialog, Perdamaian dan Resolusi Konflik di Hotel Hermes Palace Banda Aceh.
Akibatnya, orang Aceh akan sulit bersatu ketika ada perbedaan-perbedaan seperti perbedaan etnis pada lingkungan masyarakat dan permasalahan politik.
Menurutnya, permasalahan identitas terjadi karena perang hingga 100 tahun lamanya, mulai masa perang dengan Belanda sampai masa orde baru.
Di bidang identitas keagamaan, tempat ibadah sebagai simbol kekuatan agama di Aceh juga berkurang yang bisa saja diakibatkan oleh bencana alam.
Tambahnya lagi, dari dulu Aceh sangat terkenal dengan kekentalan budaya terhadap ajaran Islam. Akan tetapi, produksi ulama sebagai pondasi untuk melestarikan budaya Islam di Aceh semakin menipis.
Menurutnya, permasalahan identitas ini tidak mendapat respon yang serius dari rakyat Aceh sendiri. “Political will orang Aceh untuk bersatu masih kurang,” tutur Irwan Abdullah.
Solusinya, kata Irwan Abdullah, untuk membangun dasar-dasar perdamaian di dalam masyarakat luas harus adanya penelitian untuk menemukan solusi pada permasalahan sosial. Bagi seluruh lembaga pendidikan, penerapan rasa persatuan dan kesatuan terdapat pada kurikulumnya.
“Kurikulum pendidikan harus sesuai kondisi Aceh saat ini, sebagai akademisi juga dituntut paham arti dari perdamaian yang kondusif untuk menciptakan kemaslahatan dan membangun perdamaian,” pungkasnya.
Seminar bertemakan Dialog, Perdamaian dan Resolusi Konflik ini dilaksanakan oleh Institute for Islamic Studies, Interfaith Dialogue, and Peace – UIN Ar-Raniry bekerjasama dengan dengan Institute for Study of Human Rights (ISHR), Columbia University, New York.
Source : The Globe Journal
Posted from WordPress for BlackBerry